JATIM, beritalimacom – Pada Triwulan I Tahun 2016, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim tumbuh sebesar 5,34% lebih tinggi dari PDB Nasional yang sebesar 4,92%. Angka ini membawa Jatim sebagai provinsi dengan jumlah PDRB nasional tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Jakarta. Demikian disampaikan Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo saat menerima kunjungan kerja Komisi VI DPR RI di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (09/05).
Menurut Pakde Karwo, sapaan akrabnya, PDRB Jatim pada Triwulan I ini sebesar 444,31 Triliun Rupiah dengan share sebesar 15,07%. “Dari struktur PDRB kita dapat dilihat bahwa 29,76% nya berasal dari industri pengolahan, seperti makanan, minuman, tembakau, dll, tapi masalahnya, sebanyak 35,66% tenaga kerja berada di sektor pertanian. Ini yang harus kita dorong ke industri, karena sukses tidaknya mereka pasti akan urbanisasi”, ujarnya.
Kontribusi sub sektor industri makanan dan minuman di Jatim meningkat pesat. Dari sebesar 27,29% pada Tahun 2015, meningkat menjadi 29,26% pada Triwulan I Tahun 2016. Demikian pula pada sub sektor pengolahan tembakau dan industri kimia, farmasi dan obat tradional, masing masing kontribusinya dari 26,08% dan 9,07% pada Tahun 2015, meningkat menjadi 26,85% dan 9,19% pada Triwulan I Tahun 2016.
Menurutnya, prestasi ini makin menguatkan Jatim sebagai provinsi industri di tahun 2016. Hal ini terlihat dari pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Mikro & Kecil (y on y) sebesar 5,43%, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2015 yg sebesar 4,33%. Tak hanya itu, produksi industri manufaktur besar dan sedang pada Triwulan I tahun 2016 (y on y) tumbuh sebesar 0,81 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015. “Pada industri mikro dan kecil yang paling tinggi yakni pengolahan tembakau sebesar 25,78%, sedangkan pada industri besar dan sedang, angka tertinggi berasal dari industri mesin yakni sebesar 21,3%”, ujarnya.
Kinerja perdagangan Jatim pada Triwulan I 2016 ini juga meningkat. Net ekspor luar negeri (non migas tanpa jasa) pada Triwulan I 2016 ini surplus sebesar 12,612 Triliun Rupiah. Sedangkan total net ekspor non migas Jatim pada Triwulan I 2016 sebesar 47,556 Triliun Rupiah. Pada sektor perdagangan di ASEAN, Jatim lebih tinggi dibanding negara-negara ASEAN kecuali Thailand. “Triwulan I 2016 ini defisit perdagangan Jatim hanya dengan Thailand, dimana tiga besar komoditi impor Jatim dari Thailand yaitu Gandum-ganduman, gula dan kembang gula, serta hasil penggilingan”, tambahnya.
Lebih lanjut menurutnya, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, beberapa program terus dilakukan Pemprov Jatim, diantaranya memperbanyak sekolah vokasi melalui pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mini, meningkatkan industrialisasi, serta mendorong pertumbuhan infrastruktur. Tak hanya itu, kawasan industri di Jatim terus diperluas, dimana saat ini total sebanyak 27.084 Ha kawasan industri Jatim yang tersebar di beberapa wilayah seperti Jombang, Tuban, Lamongan, Gresik, Malang, Banyuwangi dan Mojokerto.
Kunjungan kerja anggota DPR Komisi VI ini sebagai bagian dari masa reses sekaligus sebagai kewajiban konstitusional fungsi pengawasan kinerja Pemerintah. Rombongan ini dipimpin oleh Ir. H. Azam Azman Natawijana dan diikuti oleh beberapa anggota lain seperti Dr. H.M. Farid Al-Fauzi, Sartono Hutomo, Dr. KH. Kholilurrahman, Khilmi, H. Sungkono dan M. Martri Agoeng. Sebagian besar anggota DPR ini berasal dari daerah pemilihan Jatim. Acara ini juga dihadiri oleh beberapa SKPD di lingkungan provinsi Jatim serta beberapa BUMN dan BUMD di wilayah Jatim diantaranya Pertamina, Perusahaan Gas Negara serta Bank Jatim. (**).