SURABAYA, Beritalima.com|
Surabaya kini tengah mendapat penobatan sebagai kota termacet di Indonesia. Hal itu tidak lepas dari status kota Surabaya sebagai metropolis. Dimana mayoritas aktivitas kerja masyarakat Surabaya dan sekitarnya berpusat di Kota Pahlawan tersebut.
Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum selaku Ahli Ilmu Sejarah Perkotaan menyebut, bahwa sesungguhnya Surabaya telah menjadi metropolis sejak dahulu.
“Tepatnya yakni ketika awal abad ke-20. Surabaya sudah menjadi pusat kegiatan masyarakat daerah sekitarnya pada waktu itu,” tuturnya.
Kendati demikian, kemacetan Kota Surabaya pada waktu itu tidak seperti sekarang.
“Dahulu masyarakat jarang menggunakan angkutan pribadi,” imbuh Prof. Purnawan.
Angkutan-angkutan umum masih menjadi pilihan mayoritas masyarakat pada masa itu, sehingga tidak terlalu banyak kendaraan di jalanan.
Berbeda dengan masa kini, Prof. Purnawan mengamati bahwa masyarakat banyak yang lebih memilih angkutan pribadi. Pilihan tersebut berdasarkan pada berbagai macam alasan.
“Akhirnya jumlah angkutan pribadi menjadi semakin banyak dan menumpuk di jalanan. Itu yang kemudian menyebabkan kemacetan Surabaya seperti sekarang ini. Berbeda dengan dahulu yang tidak semua orang memiliki kendaraan pribadi, hanya para penjajah,” ungkap Prof. Purnawan.
Solusi Kemacetan Surabaya
Guna mengatasi kemacetan yang semakin parah, Prof. Purnawan menyebut perlunya pembatasan pembelian angkutan atau kendaraan pribadi. Dengan begitu maka jumlah kendaraan di jalanan akan lebih sedikit dan kemacetan lebih mudah terurai.
“Pemerintah perlu membatasi penjualan kendaraan pribadi. Selain itu, pemerintah juga perlu menyediakan angkutan umum ke seluruh wilayah Surabaya secara merata. Jalan-jalan utama di Surabaya harus diperlebar guna mengurai kemacetan,” terang Prof. Purnawan.
Apabila solusi tersebut tidak segera diterapkan, bukan tidak mungkin bahwa kemacetan Surabaya akan semakin meningkat. Kemajuan zaman dan kota akan membuat aktivitas masyarakat bertambah.
“Jika tidak berimbang dengan pembatasan kendaraan di jalanan, ya akan semakin macet,” ujar Prof. Purnawan.
Perlunya Pengkajian Ulang
Meskipun macet, akan tetapi tidak serta-merta Surabaya bisa dinobatkan sebagai kota termacet di Indonesia. Perlu ada peninjauan ulang terkait aspek-aspek kemacetan di Surabaya.
“Tidak semua wilayah di Surabaya ini macet. Selain itu biasanya kemacetan hanya terjadi pada jam-jam tertentu. Misalnya pagi ketika jam berangkat kerja dan sore hari ketika masyarakat banyak yang pulang kerja,” pungkas Dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) yang sekaligus menjabat sebagai Dekan FIB UNAIR tersebut.(Yul)