Makassar(beritalima),- Partai Berkarya yang menggunakan pintu resmi dalam Undang-Undang Parpol, kini Partai Berkarya memilih untuk menggunakan celah hukum dalam Undang-Undang Partai Politik dengan melakukan akuisisi terhadap salah satu partai politik yang telah berbadan hukum.
Melihat politik baru yakni Partai Berkarya, mutlak hampir tidak ada yang baru dalam dunia politik kita.
Kiprah Partai Berkarya yang terlahir dan berkembang melalui popularisme media baik cetak maupun layar kaca,
Partai politik yang lahir dari kekecewaan karena figurnya tersingkir dari arena politik juga sudah menjadi cerita lama dalam politik Indonesia.
Banyak contoh sejarah partai politik baru yang lahir karena figurnya terseret ganasnya ombak politik.
Apabila kita bisa sedikit berharap adalah pada munculnya Partai Berkarya. Dipelopori oleh sejumlah mantan Jendral serta aktivis muda, Partai Berkarya memberikan warna yang berbeda pada peta politik nasional.
Sebagaimana kita ketahui, dalam beberapa tahun kedepan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dengan mayoritas penduduk menginjak usia produktif. Oleh karena itu suara anak muda menjadi potensial dalam politik nasional.
Akan tetapi Partai Berkarya hingga saat ini tampak garing dan kurang menggigit dalam sejumlah isu besar, dukungan kepada sejumlah petahanan pada Pilkada 2017.
Manuver partai politik baru Dalam setiap periode Pemilu kita selalu mengalami fenomena lahirnya partai politik baru. Hampir semua partai politik baru tersebut pada awalnya memegang teguh asas perubahan.
Mereka mengutuk dosa-dosa politik partai-partai mapan di parlemen dengan tuduhan ketidakmampuan dalam mengelola negara.
Namun dalam sejarah politik Indonesia, Partai Politik baru kerap kali tidak memberikan nafas konstruktif bagi perkembangan demokrasi.
Elite-elite Partai Politik baru bahkan kerap kali tertangkap tangan oleh penegak hukum diakibatkan tindakan korupsi atau penyelewengan kekuasaan.
“Pendek kata, ide-ide perubahan yang digagas parpol baru hanyalah indah diatas kertas namun tanpa makna dalam realita Partai Berkarya akan Hadir dengan media-media yang berbeda, dengan kekuatan kor
porasinya, Partai dengan popularitas pendirinya, dengan semangat kebersamaannya,” Ujar Sekjen DR.Badaruddin Andi Picunang beberapa waktu lalu Bersama Wartawati Beritalima.com Di Makassar, 28/10.
Partai Politik ini mencoba memaksimalkan segala potensi yang mereka miliki sebagai upaya untuk bersaing di medan politik yang ganas. Seberapa jauhkah mereka mampu bertahan?.Ada beberapa hal yang wajib dimiliki Parpol apabila berkeinginan untuk ikut dalam Pemilu. Pertama, salah satu hal yang memberatkan Parpol sebagai syarat untuk mengikuti Pemilu adalah keberadaan kepengurusan di semua provinsi, 75% kabupaten/kota dan 50% ditingkat kecamatan. Syarat tersebut mutlak diperlukan apabila partai tersebut berkeinginan untuk ikut ambil bagian dalam Pemilu.
“Dalam politik tidak ada makan siang gratis, apalagi sudah jamak diketahui bahwa orientasi partai politik adalah murni kekuasaan, tidak ada ramah-tamah apalagi misi sosial. Karena itulah modal politik relatif cukup besar diperlukan untuk membentuk kepengurusan parpol disemua daerah-daerah tersebut. Tanpa modal politik, mustahil partai politik bisa bertahan hidup.Kedua, dalam politik Indonesia figur memegang peran vital sebagai pendulum suara”, katannya.
Bukan rahasia umum lagi, bahwa sejumlah partai politik di Indonesia sejauh ini masih bisa bertahan karena adanya sosok figur. Misal PDI-P tak akan bisa bersaing di papan atas tanpa kehadiran Megawati Soekarnoputri, Partai Demokrat tidak akan berada di posisi ini tanpa kehadiran SBY. Pendek kata, figur masih memegang peranan penting dalam politik nasional.Ketiga, dalam politik nasional saat ini terdapat banyak pemilih mengambang (swing voters).Fenomena itu disebabkan naiknya tingkat rasionalitas pemilih ditunjang dengan mudahnya akses informasi digital.
“Fenomena Jokowi sebagai contohnya, figur Jokowi tidaklah lahir diruang hampa, namun hal itu didorong oleh arus informasi yang saat itu begitu gencar memberitakan segudang prestasi Jokowi sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta.” Katanya.
Partai Politik baru haruslah mempunyai kemampuan untuk memunculkan isu-isu strategis yang bisa menarik minat para pemilih pemula ataupun pemilih yang menjatuhkan pilihannya berdasarkan rasionalitas. Apabila partai-partai baru ini mampu memunculkan isu strategis di dunia digital dan mendapat respon positif dari pemilih bukan tidak mungkin mereka akan mampu bersaing dengan partai-partai mapan yang saat ini duduk nyaman di kursi parlemen.
Sebagai pemilih, kita tentu berharap partai baru tidak hanya sekedar melahirkan nama baru, lambang baru ataupun susunan kepengurusan yang baru. Partai politik baru haruslah lahir dari rahim bersih politik yang lepas dari dosa sejarah.
Partai Politik baru selayaknya juga memberikan warna baru bagi politik Indonesia yang hingga saat ini mengalami dehidrasi akan adanya politik yang benar-benar bersih. Rakyat-rakyat yang apatis inilah yang berpotensi menjadi pendulum suara partai politik baru, akan tetapi mampukah partai-partai politik ini mengisi kekosongan ini dan memuaskan dahaga politik rakyat akan lahirnya partai politik yang betul-betul mampu memperjuangkan nasib mereka?
Namun sebelum itu Parpol harus melewati tiga medan ganas di atas tadi, dan suara rakyatlah yang bicara. #Cristy