BANYUWANGI,Beritalima.com – Suasana Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, pada Selasa (02/09/2025) tampak begitu semarak. Ribuan warga dari empat dusun: Bulurejo, Ngadimulyo, Ngadirejo, dan Tambakrejo tumpah ruah mengikuti kirab budaya dalam rangka memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Mengusung tema “Sinergi Bersama Membangun Desa, Tercipta Masyarakat Aman, Damai, dan Sejahtera”, kirab budaya ini tidak hanya menampilkan keceriaan, tetapi juga menggambarkan identitas Desa Bulurejo sebagai desa hortikultura dan calon destinasi agrowisata.
Barisan kirab dibuka oleh perangkat desa, disusul kelompok ibu-ibu PKK dan kader Posyandu. Mereka tampil penuh warna dengan busana khas serta atraksi yang memikat mata penonton di sepanjang jalan desa.
Tak kalah menarik, barisan sound horeq ikut menambah meriahnya acara. Lantunan musik yang menghentak dipadu dengan pertunjukan warga yang mengenakan aneka busana adat Nusantara. Busana-busana tersebut dipoles dengan sentuhan modernisasi, menjadikannya atraksi visual yang unik dan kekinian, namun tetap berakar pada tradisi lokal. Penampilan ini sukses menyedot perhatian warga dan menambah semangat perayaan kemerdekaan.
Kepala Desa Bulurejo, Widarto, ST, menyebut perayaan ini sebagai wujud semangat kebersamaan sekaligus cara masyarakat meneguhkan jati diri desa.
“Semangat karnaval ini sejalan dengan semangat petani dan masyarakat Bulurejo yang terus berinovasi. Kami ingin Bulurejo tidak hanya dikenal sebagai sentra buah naga, tetapi juga sebagai desa wisata agro yang membanggakan,” ujarnya.
Bulurejo, Sentra Buah Naga dengan Potensi Agrowisata
Desa Bulurejo telah lama dikenal sebagai sentra buah naga terbesar di Banyuwangi. Dengan luas lahan sekitar 700 hektare, desa ini mampu menghasilkan ribu ton buah naga setiap tahunnya. Ratusan petani menggantungkan hidup pada komoditas unggulan yang menjadi ikon desa tersebut.
Namun, Bulurejo tak berhenti hanya pada produksi. Melalui program “Kampung Naga Phonska Plus” hasil kerja sama dengan PT Pupuk Indonesia, para petani didorong melakukan hilirisasi dengan mengolah buah naga menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah. Langkah ini membuat pendapatan petani lebih stabil dan meningkat.
Dana Desa juga diarahkan untuk program pemberdayaan masyarakat. Warga mendapatkan pelatihan hortikultura, pengembangan UMKM, budidaya ikan air tawar, kelompok ternak, hingga keterampilan anyaman plastik untuk ibu-ibu PKK. Fokus utamanya adalah membantu keluarga pra-sejahtera agar lebih berdaya dan mandiri.
Generasi muda pun tak ketinggalan. Melalui program Jagoan Tani yang rutin digelar Pemkab Banyuwangi, para milenial Bulurejo dilatih membangun startup pertanian, strategi pemasaran, hingga mengakses modal usaha. Program ini menjadi wadah lahirnya petani muda inovatif yang siap mengembangkan agribisnis modern.
Dengan potensi besar yang dimiliki, Bulurejo kini mulai melirik sektor pariwisata agro. Wisata petik buah naga langsung dari kebun, edukasi budidaya, hingga pengolahan produk turunan bisa menjadi daya tarik utama. Seperti halnya wisata petik jeruk di desa lain, Bulurejo berpeluang besar menghadirkan pengalaman wisata unik berbasis buah naga sebagai ikon unggulannya.
Kirab budaya HUT RI ke-80 di Bulurejo bukan sekedar pesta rakyat, melainkan gambaran optimisme masyarakat desa dalam menatap masa depan. Semangat gotong royong, inovasi pertanian, hingga cita-cita menjadikan desa sebagai destinasi agrowisata menunjukkan bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika masyarakat mampu hidup mandiri, berdaya, dan sejahtera. (Ron//B5)






