Kisah Mahasiswa FISIP Mengikuti Program IISMA di University of Groningen

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com-
Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) memberikan kesempatan emas bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di berbagai universitas terkemuka di dunia.

Salah satu mahasiswa Universitas Airlangga (Unair), Salsabila Rabbani, membagikan pengalaman luar biasanya mengikuti program IISMA di University of Groningen, Belanda.

Salsabila mengaku awalnya tidak memiliki rencana untuk mengikuti IISMA karena saat itu ia fokus untuk menyelesaikan kuliah dalam waktu 3,5 tahun. Namun, suatu kesempatan datang ketika dia menjalani magang di Airlangga Global Engagement (AGE).

Saat itu, ia bertugas menjemput salah satu pendiri IISMA yang hadir dalam acara di Unair. Perjalanan tersebut menjadi titik baliknya untuk memutuskan mengikuti program IISMA.

“Selama perjalanan, kami membahas tentang IISMA dan pendapat beliau tentang program ini. Di situlah aku mulai tertarik dan memutuskan untuk mencoba mendaftar IISMA,” ujarnya.

Adaptasi Budaya

Belanda adalah pilihan ketiga Salsabila setelah Inggris dan Irlandia. Meski begitu, ia akhirnya memilih University of Groningen karena beberapa alasan, termasuk dukungan dari keluarganya.

“Ibuku lebih rela dan senang jika aku di Belanda karena ada sepupu di sini. Aku juga jadi paham bahwa restu orang tua sangat berperan dalam perjalanan ini,” ujarnya.

Selain itu, Salsabila tertarik pada University of Groningen karena mata kuliah yang ditawarkan lebih menarik daripada universitas lainnya. Ia juga memilih Groningen karena reputasinya dalam bidang bisnis dan marketing, yang sesuai dengan minatnya.

Di University of Groningen, Salsabila tidak hanya berfokus pada kegiatan akademik. Ia bergabung dengan kelompok belajar, melakukan self-study di berbagai tempat seperti perpustakaan, taman, dan ruang publik.

Selain itu, ia juga tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan volunteering dan organisasi kampus.

Salah satu pelajaran penting yang Salsabila dapatkan dari budaya Belanda adalah pentingnya bersikap terbuka dan tidak ragu meminta bantuan.

“Orang Belanda itu sangat straightforward. Mereka tidak akan membantu jika kita tidak meminta. Di Indonesia, aku cenderung sungkan untuk meminta tolong, tetapi di sini aku belajar untuk lebih berani bertanya atau meminta bantuan jika memang membutuhkannya,” jelasnya.

Pelajaran dan Harapan

Lebih lanjut, Salsabila menceritakan bahwa ia menyadari perbedaan mencolok dalam budaya ketepatan waktu di Belanda, yang menurutnya perlu ditiru oleh masyarakat Indonesia. Ia berharap bisa menyebarkan kebiasaan positif ini kepada orang-orang di sekitarnya.

“Aku ingin membawa budaya disiplin waktu ini dan menularkannya ke orang-orang di Indonesia,” ujar Salsabila.

Dalam hal karier, Salsabila berharap pengalaman IISMA ini bisa menjadi batu loncatan untuk memperluas jaringan internasional.

“Aku selalu tertarik dengan hal-hal yang berbau internasional dan bertemu orang-orang baru. Jadi, aku ingin IISMA menjadi awal untuk membangun koneksi internasional yang akan mendukung karierku ke depan,” pungkasnya.(Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait