SURABAYA, Beritalima.com-
Imam Kartam Taselim (100), merasa bersyukur karena tahun 2024 ini, ia mendapat panggilan menjadi tamu Allah SWT ke tanah suci.
Mbah Imam, panggilan akrabnya, merupakan jemaah haji tertua di Kabupaten Pasuruan tahun 2024 ini.
Ia menceritakan pertama kali mendaftar haji pada tahun 2018, ketika dia berusia sekitar 94 tahun.
“Sebenarnya keinginan berhaji sudah ada sejak lama. Namun karena keterbatasan keuangan, pada tahun 2018 itu saya baru bisa mendaftar,” kenangnya.
Ia melanjutkan, pada tahun itu ia mendaftar dengan uang tabungan yang ia miliki, akan tetapi itupun belum mencukupi.
“Alhamdulillah saya dibantu anak saya sehingga bisa mendaftar haji,” tuturnya.
Sebagai orang tua yang memiliki banyak anak, Imam tentu lebih mengutamakan kebutuhan anak-anaknya.
“Kalau sekarang anak saya yang masih hidup ada empat, yang lain sudah meninggal. Sebagai orang tua, meskipun ingin sekali mendaftar haji. tetapi saat itu anak-anak juga memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,” tuturnya.
Pria asal Kabupaten Pasuruan ini menjelaskan jika sejatinya ia mendapat panggilan berangkat haji pada 2020.
“Saat itu saya mendapat kuota prioritas lansia sehingga cepat mendapat panggilan haji, namun ternyata tidak jadi berangkat karena ada pandemi Covid-19,” jelasnya.
“Setelah tertunda 4 tahun, Alhamdulillah saya tahun ini bisa berangkat bersama anak saya,” imbuhnya.
Untuk persiapan kondisi fisik menjelang berangkat haji, Mbah Imam mengaku tidak ada persiapan khusus.
“Saya sudah terbiasa berjalan kaki. Setiap hari saya ke sawah, ya meskipun cuma mengawasi saja di sana,” terangnya.
Untuk lansia, jarak yang ditempuh Mbah Imam pulang pergi dari rumah ke sawah cukup jauh, yakni sekitar 1,5 km.
“Alhamdulillah saya masih kuat menempuh jarak sejauh itu setiap hari sendiri tanpa dibantu orang lain. Saya juga belum memakai tongkat,” terangnya.
Sementara itu, putra Mbah Imam, Yoyok Wijaksono menjelaskan jika bapaknya tidak memiliki tips khusus untuk memiliki tubuh yang sehat meskipun usianya sudah lebih dari satu abad.
“Bapak itu makannya ya biasa saja. Tahu tempe ya mau. Kalau Idul Adha, makan sate kambing pun masih bisa banyak. Anak-anaknya malah yang khawatir kalau beliau kena darah tinggi. Tetapi waktu diperiksa Alhamdulillah tekanan darahnya normal saja,” tutur sang putra.
Yoyok melanjutkan, Mbah Imam masih sehat di usianya yang sudah lebih dari satu abad ini karena ia rajin beraktivitas.
“Bapak itu setiap hari ada saja kesibukannya. Katanya kalau tidak ngapa-ngapain malah sakit semua badannya. Alhamdulillah kadar gula, kolesterol, dan tekanan darah Bapak sejauh ini semua normal,” terang pria yang berprofesi wiraswasta ini.
Mbah Imam dan sang putra tergabung dengan kloter 31. Saat ini mereka sudah di tanah suci. Tak lupa selama di tanah suci nanti, Mbah Imam akan mendoakan istrinya yang telah mendahului menghadap Ilahi. Mbah Imam pun berharap dia dan keluarganya senantiasa diberikan kesehatan dan kesejahteraan.(Yul)