KARANGANYAR, beritalima.com || Jam mununjukan pukul 23. 45 Wib. Ditengah perjalanan liputan Malam, Wartawan beritalima.com ban sepeda motornya kempes di sekitar Daerah Sondokoro Tasikmadu. Gerimis menambah gundah perasaan ditengah kebingungan mencari Tukang Tambal ban yang ” praktek” tengah malam. Ternyata keberpihakaan keberuntungan masih menyelimuti Wartawan Beritalima itu. 25 meter dari tempat kempesnya ban sepeda motornya, ternyata ada seorang tukang tambal ban yang masih Buka. Dan langsung di dorongnya sepeda motor kempes tersebut di Tukang Tambal ban yang terlihat tidur tiduran di ” Lincak” tempat berbaring sambil menunggu ” pasien” datang.
‘” Mau Nambal Ban, Pak “, Ujar Sang Wartawan
Setelah bangun dari ” lincak” tempat berbaring, Sang Penambal Ban langsung membuka Ban belakang yang terlihat kempes. Setelah dibuka, ternyata ban bocor, tidak tanggung tanggung… tiga lobang sekaligus.
Melihat kondisi tersebut, Sang Wartawan meminta ganti ban baru agar lebih cepat selesai. Dari jawaban Sang Penambal Ban yang ternyata seorang Difabel ( Cacat Kaki dari Lahir,red) Disinilah cerita itu dimulai.
Sugiarto ( 54) Warga Dusun Podok Gaum RT 02 RW 0R Desa Gaum Kecamatan Tasikmadu, yang sudah kurang lebih 15 th ” berpraktek” sebagai penambal bal yang berlokasi di depan Pasar Nglano Tasikmadu, ternyata menjawab permintaan pergantian Ban Baru wartawan beritalima dengan nada lirih setengah menyesal ” Saya nggk punya ban baru, Pak. Dagangannya habis untuk makan sehari hari semenjak ada bencana Corona. Ditambal saja satu persatu, ya Tapi agak lama, karena bocornya tiga lobang”, Ujar bapak Dua Putra ini dengan sedikit ragu ragu.
Lalu karena Sang Wartawan hanya membawa uang cukup untuk beli ban Seharga dua Puluh Delapan Ribu, sang wartawan bertanya berapa ongkos satu kali tambal ? Dan dijawab sepuluh ribu. Artinya jika tiga lobang harus bayar tiga puluh ribu. Waduh.. bagaimana ini ? Ternyata mimik gesture Sang Wartawan terbaca oleh Pak Sugiarto Sang Difabel Penambal Ban.
” Nggak usah bayar semua, pak. Bayar saja seiklasnya. Saya buka tambal ban khusus malam hari dengan tujuan selain kalau siang banyak saingan, kalau malam sekalian bisa jaga alat tambal ban saya dan yang terpenting bisa bantu orang yang kesulitan sepenti sampean ini” ,ujar Suami dari Ibu suwarni ( 44) ini meyakinkan sang Watawan Agar tidak kuatir jika uangnya kurang.
Akhirnya Sang Wartawan Menyetujuinya dan satu persatu ditambal dengan telaten.
Saat proses penambalan itu, Naluri jurnalistik Sang Wartawan muncul. Kata kata ” Dagangan Habis untuk makan sehari hari semenjak ada bencana corona ” menjadi pematik fikiran untuk mewawancarai Bapak sugiarto, yang walau seorang Difabel cacat Kaki terlihat tegar menghadapi kenyataan hidup ditengan bencana corona yang meluluh lantakkan ekonomi dan tatanan Global ini.
” Kok Bisa habis bagaimana ceritanya, Pak ? Tanya Sang Wartawan
Lalu Pak Sugiarto menceritakan, bahwa dia sudah lima belas tahun buka tambal ban di sekitar pasar Nglano, dan sebelum bencana corona datang, ada sumbangan pemerintah daerah dari program Dinsos sebesar 2 jt. Dengan bantuan tersebut, Pak Sugiarto kembangkan untuk membeli dagangan berupa ban dan bahan tambal ban
” sebelum ada bencana, lumayan pak… kebutuhan Anak istri dan sekolah bisa tercukupi. Tiap hari kehidupan kami cukup dengan 50 rb – 75 rb dan dari haril tambal ban dan bisa sedikit nabung untuk keperluan anak sekolah. Tapi semenjak ada corona ini, hasilny selalu tekor hingga waktu jam buka biasanya jam 4 sore sampai 4 subuh, saya tambah sampai jam 9 pagi agar ada tambahan penghasilan. Tapi masih tetap saja tekor karena ada Bencana banyak orang yang tidak keluar rumah. Satu satunya jalan, jika ada dagangan laku, tidak saya kulakkan lagi, tapi untuk nambah uang belanja keluarga. Ternyata corona tidak ” minggat minggat” ya jadi habis dagangannya”, Cerita Pak sugiarto sambil terkekeh.
Mungkin karena curiga dengan gencarnya pertanyaan Sang Wartawan, Pak Sugiarto jadi curiga dan balik bertanya ” Bapak Kerja dimana ? Dan di jawab ” Saya Wartawan
Jawaban Sang Wartawan tersebut membuat pak Sugiarto terkejut dan langsung berkata ” Jangan Dikorankan lho, pak.. cerita saya tadi. Nanti saya dikira jual cacat saya untuk minta sumbangan”, Ujar Pak sugiarto Serius.
Ucapan pak Sugiarto tersebut justru yang mendorong Sang Wartawan untuk mengkorankan kisah ini sebagai motivasi bagi masyarakat.
” Pak sugiarto, saya seorang pencari warta, akan sangat berdosa jika keadaan Bapak tidak saya infokan pada Pemegang Kebijakan dan pada masyarakat, karena Bapak seorang Difabel, yang mendapat prioritas khusus sebagai warga Negara. Tapi bapak tegar tanpa keluhan saat mengalami kondisi terjepit seperti ini , ini sebuah motivasi dan dedikasi untuk masyarakat yang banyak mengeluh ditengah bencana ini, tapi bapak justru ingin ditutupi kesedihannya “, Sang Wartawan mencoba memberi pengertian agar kisahnya boleh dikorankan.
Akhirnya pak Sugiarto memberi ijin untuk di korankan( Diviralkan, red) dengan catatan agar kisahnya tersebut tidak dianggap sebagai alat untuk mengemis dengan ” menjual” cacatnya
” saya hanya berharap, agar corona ini segera berlalu, agar saya segera dapat mencarikan nafkah anak istri saya dengan tenaga dan keahlian yang saya miliki”, ucapnya lirih dengan sedikit mata sembab menahan haru.
Saat ditanya, jika ada dermawan yang ingin membantu, apakan bapak sugiarto bersedia menerima ?,bapak dari Irwan Muhammad (15) siswa STM Muhammadyah 6 klas 1 dan Dwi Puspitasari Klas 2 SD Gaum ini hanya berkata lirih ” Alhamdulillah.. saya akan belanjakan bahan tambal ban dan dagangan lagi, tapi saya tidak berharap, pak..Biar Allah yang mengatur semuanya”
Sungguh suatu motivasi hidup yang luar biasa, Bapak Sugiarto yang dalam kondisi sulit dengan cacat bawaan dari lahir ini, tetap optimis dan yakin, bahwa dia akan mampu untuk mengatasi keadaan tanpa rasa ‘ cengeng ” dan ingin dikasihani karena kondisi fisiknya.
Sungguh sangat menyesal, Sang Wartawan hanya mampu menyuarakan nurani Sang Difabel Perkasa ini, tanpa mampu berbuat apa apa. Semoga tulisan ini ada yang tergugah untuk membantu modal pak Sugiarto agar tetap dapat bertahan dengan kondisinya dan sumbangan itu bukan berarti pemberian sebagai rasa kasihan, tapi pemberian ” reward” sebuah dedikasi Motivasi untuk masyarakat. Bagi dermawan yang ingin memberi ” reward” bisa menghubungi redaksi beritalima Biro Karanganyar WA 0823 4312 0507.( Hari dp/str01/ Best trus strory )