Kisah Wayang Wakili Suara Rakyat

  • Whatsapp

SIDOARJO, beritalima.com – Kisah yang dipentaskan oleh tokoh dalam pagelaran wayang sejatinya mewakili suara rakyat. Salah satu contohnya lewat kisah dari tokoh punakawan yang terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk. Karakter keempat tokoh tersebut melambangkan orang kebanyakan.
“Suara rakyat sangat didengar dalam wayang, salah satunya lewat tokoh punakawan. Tokoh tersebut tidak hanya merepresentasikan kebutuhan rakyat saja, tetapi juga menyampaikan suara rakyat secara jujur dan apa adanya”
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur, Drs. H. Saifullah Yusuf saat menghadiri pagelaran wayang kulit di Balai Desa Waru, Kabupaten Sidoarjo, Sabtu (23/9) malam.
Gus Ipul, sapaan akrab Wagub Jatim mengatakan, karena mampu menyampaikan suara rakyat dengan jujur, maka para pemimpin bangsa ini gemar menonton wayang. “Presiden Soekarno dan Presiden Gus Dur sangat gemar wayang. Pasalnya, mereka ingin mendengar keluhan rakyat dalam pagelaran wayang kulit.
“Presiden Soekarno, Presiden Gus Dur, keduanya sangat gemar wayang. Karena itu, wayang harus kita jaga” katanya.

Wayang Tuntunan dan Tontonan

Pada kesempatan itu, Gus Ipul memuji kesenian wayang kulit yang menjadi tontonan sekaligus tuntunan bagi masyarakat, karena dalam setiap pagelarannya senantiasa mengajarkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi kehidupan. Keberadaan wayang perlu dilestarikan demi terjaganya budaya dan nilai-nilai luhur yang diturunkan kepada generasi penerus.
Ditambahkan, wayang adalah salah satu warisan sejarah seni dan budaya asli Indonesia yang terus eksis hingga saat ini. Bahkan, keberadaan wayang dapat dijadikan alat untuk memperkuat kerukunan masyarakat. Hal itu terbukti dengan kehadiran orang tua, remaja, hingga anak-anak saat pagelaran wayang kulit.
“Kita semua duduk bersama menonton wayang yang selain menghibur, juga dapat memberikan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi kehidupan. Inilah yang memperkokoh kerukunan kita. Budaya wayang tidak tergantikan, kisah dalam wayang menunjukkan bahwa nenek moyang kita punya tuntunan, tatanan, dan nilai-nilai lurur kehidupan yang mulia” pungkasnya. (rr)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *