SURABAYA, Beritalima.com-
Pada era globalisasi, Universitas Airlangga (Unair) senantiasa berkomitmen untuk memperluas jangkauan pengabdiannya kepada masyarakat. Salah satu wujud komitmen tersebut melalui penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional di Malaysia pada 29 April – 4 Mei 2024. Menariknya, KKN Internasional kali ini turut menggandeng para imigran di Negeri Jiran tersebut.
Menurut keterangan Dr. Sri Endah Kinasih, S.Sos., M.Si,. selaku pembimbing KKN sekaligus Dosen Departemen Antropologi Fisip Unair, imigran merupakan kelompok marginal yang rentan terhadap diskriminasi. Mereka seringkali mengalami kesulitan dalam mengakses layanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan upah yang layak.
Selain itu, cenderung hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Oleh sebab itu, KKN Internasional di Malaysia, khususnya Johor Bahru, kali ini berusaha memberdayakan para imigran melalui program kerjanya.
“Biasanya KKN hanya menjangkau warga lokal saja. Nah, sekarang kita coba menjangkau para imigran Indonesia yang tinggal di Malaysia. Jadi, tidak hanya masyarakat dalam negeri saja yang menerima manfaat, tapi juga mereka yang menjadi imigran di negeri orang. Namun, hal yang harus diingat kita tetap menghormati aturan ‘tuan rumah’,” ujar Endah.
Program KKN Internasional Malaysia Unair dapat menjadi platform yang efektif untuk mengoptimalkan potensi para imigran Indonesia yang terpinggirkan di negeri orang. Dengan melibatkan imigran dalam program KKN, mereka dapat belajar keterampilan baru, meningkatkan pengetahuan mereka, dan membangun jaringan agar tetap resilien di tanah perantauan.
Endah mempelopori program advokasi bagi para imigran pekerja tambang yang hidup dengan upah minim, jam kerja panjang, dan rawan eksploitasi. Mirisnya, belum ada payung hukum yang memadai untuk melindungi hak-hak para pekerja imigran. Bahkan, perusahaan penyalur yang seharusnya turut buka suara, justru tidak banyak bertindak.
Selain itu, program kerja yang digagas pada KKN Internasional kali ini adalah pelatihan pembuatan jamu dan obat-obatan tradisional yang disosialisasikan ke rusun para pekerja imigran.
Endah menyebut, program kerja tersebut mendapat respon positif dari penghuni rusun. Pasalnya, pelatihan ini tidak hanya bermanfaat untuk konsumsi pribadi, tetapi juga membuka peluang usaha baru bagi para imigran.
Kendati demikian, beberapa tantangan KKN Internasional ke Malaysia ini tidak dapat dihindarkan. Durasi program yang cenderung singkat menjadi kendala utama. Sehingga, menghambat terjalinnya kedekatan emosional yang erat antara para imigran dengan peserta KKN.
Berbeda dengan KKN reguler yang melakukan survei potensi masyarakat terlebih dahulu kemudian menyusun program kerja, KKN di Malaysia ini belum dapat mencapai tahap tersebut secara optimal.
Di akhir kesempatan, Endah selaku pencetus program berharap KKN Internasional dapat terus berkembang dan memberikan dampak yang lebih luas bagi masyarakat marginal di berbagai negara.(Yul)