JAYAPURA, Berita lima.com – Gubernur dan Wakil Gubernur Papua, Lukas Enembe dan Klemen Tinal pada hari Minggu kemarin tepat memimpin Papua selama empat tahun, terhitung 9 April 2013 hingga 9 April 2017. Untuk memperingati itu, Pemerintah Provinsi Papua melakukan ibadah ucapan syukur sekaligus peresmian Gedung Negara di Jayapura.
Dalam kesempatan itu, Lukas Enembe memaparkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai masa pemerintahannya. Lukas mengatakan ada perubahan yang cukup signifikan di Papua dalam empat tahun terakhir.
“Kita bisa lihat perubahan Indikator Pembangunan Manusia (IPM) dari 56,25 poin di tahun 2013 menjadi 57,25 poin di tahun 2015,” ujar Enembe, Minggu (09/04/2017).
Meski begitu, dalam kurung dua tahun di periode yang sama (2013-2015), pergerakan naik IPM Papua sebesar 1 poin hanya menempati posisi 23 nasional. Artinya ada 22 provinsi yang pergerakannya lebih baik dari Papua, dan 11 provinsi tidak lebih baik dari Papua (di bawah 1 poin).
Angka 57,25 poin juga masih menempatkan IPM Papua paling rendah di antara 33 provinsi lain di Indonesia.
Selanjutnya Lukas mengklaim ada kemajuan besar dalam dunia pendidikan selama periode kepemimpinannya. “Hal ini tergambar dari tingkat partisipasi anak-anak Papua usia sekolah yang mengenyam bangku pendidikan. Usia sekolah 7 sampai 12 tahun 97,36 persen, 13 sampai 15 tahun sebesar 100 persen dan 16 sampai 18 tahun sebesar 91,57 persen,” katanya sebagaimana diberitakan harian papua.
Namun klaim ini nampak tidak sesuai dengan data yang ada di lapangan. Kementerian Pendidikan dalam rilis terbaru tahun 2016 lewat laman resmi kemendikbud.go.id, menulis angka partisipasi murni (APM) anak-anak Papua bahkan tidak menyentuh 60 persen di tiga tingkatan pendidikan.
Total anak Papua usia sekolah 7 sampai 12 tahun (SD) pada 2016 mencapai 474.900 jiwa tetapi yang berpartisipasi di sekolah hanya 269.098 atau sebesar 56,45 persen. Kemudian untuk anak usia 13 sampai 15 tahun (SMP) pada 2016 mencapai 189.100 jiwa namun yang berpartisipasi di sekolah cuma 78.633 atau sebesar 41.58 persen.
Terakhir, untuk usia 16 sampai 18 tahun (SMA) pada tahun 2016 mencapai 187.300 jiwa dan yang berada di sekolah berkisar 70.597 atau sebesar 37,69 persen. Angka-angka yang sangat kecil ini jelas berbanding terbalik dengan klaim Lukas Enembe yang mencapai 100 persen di tingkatan SMP. Padahal tidak ada satu pun provinsi di Indonesia yang APM SMP-nya 100 persen.
Selama empat tahun memimpin Papua, Lukas Enembe juga mengatakan telah berhasil menekan angka penduduk miskin. Saat ini angka penduduk miskin Papua berkisar 28,5 persen atau turun 3,02 persen sejak Enembe mulai menjabat tahun 2013 (31,52 persen).
Angka ini jika dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, masih menempatkan Papua sebagai provinsi dengan persentasi kemiskinan tertinggi.
Selain itu, jika membandingkan pencapaian Lukas Enembe dengan Gubernur sebelumnya, keberhasilan dalam menekan penduduk miskin masih sedikit tertinggal.
Dalam rentang 2006 hingga 2011 (5 tahun) saat Barnabas Suebu-Alex Hesegem memimpin Papua, angka penduduk miskin berhasil ditekan dari 41,52 persen menjadi 31,98 persen atau turun 9,54 persen. (*)