Koleksi di Museum Sejarah dan Budaya FIB Dukung SDGs UNAIR Indicator Public Access to Museums

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Museum Sejarah dan Budaya Universitas Airlangga sudah dirintis sejak tahun 2007 oleh Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga bersama Dr. Haryadi. Perintisan museum tersebut memiliki tujuan menjembatani kebutuhan akan pentingnya edukasi terkait warisan budaya nenek moyang yang akhir-akhir ini kurang mendapat perhatian generasi muda bangsa Indonesia.

Edy Budi Santoso S.S., M.A. selaku Ketua Museum Sejarah dan Budaya UNAIR menuturkan bahwa keberadaan Museum Sejarah dan Budaya tersebut dibangun sebagai media pembelajaran dan bahan pengetahuan tentang permuseuman terkait benda benda warisan budaya.

Keberadaan museum tersebut sekaligus mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) UNAIR pada bidang Sustainable cities and communities, indicator Public access to museums.
Keberadaan museum ini juga bertujuan untuk mengenalkan arti penting sejarah warisan budaya nenek moyang dari masa lampau hingga masa kini. Menurutnya, Museum Sejarah dan Budaya UNAIR memiliki berbagai peran dan fungsi. Di antaranya adalah dalam aspek pendidikan, penelitian, pameran dan perawatan, dan pendokumentasian.

Bak gayung bersambut, Program Studi Ilmu Sejarah UNAIR mempersiapkan dengan menawarkan beberapa mata kuliah yang relevan demi pengembangan keberadaan museum. Di antaranya adalah mata kuliah Warisan Budaya dan mata kuliah Musiologi, Etnografi, dan Sejarah Nirleka.

Koleksi Museum Sejarah dan Budaya UNAIR. Edy menuturkan bahwa Museum Sejarah dan Budaya UNAIR diisi dengan segala hal yang berkaitan dengan karya budaya nenek moyang. Hingga saat ini, museum telah memiliki sekitar 200 koleksi.

“Meski koleksi di dalamnya masih belum banyak, namun museum ini telah memiliki sejumlah koleksi yang cukup langka,” jelasnya.

Koleksi langka tersebut di antaranya adalah barang-barang kuno yang berkaitan dengan proses hidup manusia dan perkembangan masyarakatnya. Mulai dari karya manusia yang masih tradisional hingga modern seperti saat ini.

Edy menuturkan bahwa setelah memasuki bagian ruangan pertama museum, pengunjung bisa menyaksikan beragam koleksi buku kuno dan arsip langka yang tertata rapi.
Ada pula koleksi musik tradisional seperti angklung, gender, rebab, dan alat musik klasik Kalimantan. Pada bagian ruang ke dua, lanjutnya, museum menyimpan banyak koleksi benda berharga.

“Di sini, ada koleksi foto-foto Surabaya sejak masa kolonial Belanda, koleksi warisan budaya yang mencolok adalah koleksi foto kuno Soekarno presiden pertama Republik Indonesia tampak hidup dan berenergi,” tuturnya.

Di ruangan kedua museum berderet peta kuno dan lukisan. Kemudian di bagian bawah foto terdapat meja dan peralatan kantor. Ada pula etalase kaca yang berisi baju adat beberapa daerah, koleksi numismatik, patung-patung perunggu, peralatan senjata tradisional, serta koleksi kamera foto.

“Di pinggir ruang dua terdapat beberapa meja yang di atasnya diletakkan sejumlah benda-benda antik seperti mesin ketik kuno. Sedangkan di sudut kiri ruangan, terdapat manekin orang dewasa seperti cermin, meja mesin jahit, perlengkapan optik, jam dinding, proyektor, dan perlengkapan lampu,” terangnya.

Benda-benda khas lain yang ada di Museum Sejarah dan Budaya UNAIR di antaranya adalah lampu berbagai zaman mulai dari cempluk, petromak, hingga lampu gandul dan lampu belajar klasik. Di bagian pinggir ada almari besi yang menyimpan keramik langka dari masa dinasti Ming dan Ching, terakotta mini China, dan topeng mayat.

UNAIR juga mempunyai dua museum lagi yang bisa diakses untuk umum yaitu Museum Kedokteran dibawah pengelolaan Fakultas Kedokteran, dan Museum Etnografi FISIP, biasa disebut juga museum kematian.

UNAIR sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia mendorong seluruh civitas akademika berkontribusi kepada masyarakat luas. (Yul)

Caption :
Peralatan tes kaca mata tahun 1940-an di Museum Sejarah dan Budaya FIB UNAIR.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait