JAKARTA, beritalima.com- Joseph Harianto Sanusi, kelahiran Semarang 30 Juli 1948, meninggal dunia di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading Jakarta Utara, Minggu 27 Oktober 2019 sekitar pukul 16.45 WIB.
Almarhum sempat dirawat di ruang ICU sejak hari Kamis 24 Oktober, dengan diagnosa dokter terkena leukemia.
Jenazah saat ini disemayamkan di rumah duka “Heaven” ruang Diamond lantai satu, Pluit dan akan dikremasikan hari Kamis, 31 Oktober 2019 pukul 11.00 WIB, di Krematorium “Heaven”.
Almarhum Joseph Harianto Sanusi, pernah menjabat Presiden Direktur Kalbe Farma dan saat terakhir aktif sebagai Ketua Perhimpunan “INTI” Jakarta Timur.
Memiliki dua anak yang saat ini menuntut ilmu dan menetap di luar negeri.
Hoby dan kecintaannya pada buku-buku dimulai saat masih anak-anak. Kelahiran Semarang tahun 1948, anak ke tiga dari tujuh bersaudara. Ditinggal meninggal ayahandanya sejak usia tujuh tahun dengan meninggalkan banyak hutang dan satu lemari penuh buku-buku.
Semestinya buku-buku peninggalan ayahnya dia yang berhak memiliki namun ternyata buku-buku itu diambil dan dikuasai serta dibawa oleh bibinya yang merasa lebih berhak ujar almarhum. Kenangan saat kecil itu begitu melekat kuat dalam ingatannya.
Ada satu buah judul buku berjudul “Angin Barat, Angin Timur” karya Pearl S. Buck yang tertinggal di rumahnya, saat satu lemari buku dibawa pergi oleh bibinya.
Dari membaca buku tersebut yang berisi tentang negeri Tiongkok dan budayanya, almarhum sangat tertarik memiliki buku-buku terkait tentang budaya China.
Untuk mewujudkan mimpinya sejak kecil sesuai bersekolah bekerja di sebuah toko buku sehingga dapat membeli buku-buku dari uang honornya.
Almarhum mulai mengkoleksi buku sejak usia tujuh tahun. Jumlah koleksi bukunya saat ini mencapai 15 ribu lebih. Buku-bukunya ada yang berusia ratusan tahun. Diperoleh dari membeli ataupun barter. Koleksi buku-bukunya berasal dari Indonesia, Amerika, Jerman, Belanda, Perancis, China, Australia dan lain-lain.
Buku-buku itu ditempatkan rapi di lantai dua rumahnya dalam 6 – 8 buah rak-rak lemari di ruangan ukuran 6×8 meter. Tiap hari dibaca dan sebulan sekali dibersihkan.
Para tokoh sinolog dari UI termasuk Profesor Dahana guru besar UI dan banyak mahasiswa, peneliti, budayawan dari dalam maupun luar negeri termasuk almarhum Steve Haryono Rootterdam bersahabat dengan almarhum dikarenakan persamaan hobynya maupun koleksi buku-buku almarhum dapat dipakai sebagai acuan penelitian, daftar pustaka bagi para akademisi, peneliti yang sedang menyusun dan menulis buku maupun mahasiswa yang tengah menyelesaikan tesis.
Koleksi buku almarhum sangat beragam, dari mulai buku-buku Tionghoa, sejarah, filsafat, sosiologi, kedokteran, buku tentang bahasa Jawa, buku tentang umat Kristiani, umat Islam, umat Buddha, psikologi, cerita silat Tionghoa, kamus dari berbagai bahasa di dunia, sastra, dan berbagai buku lainnya.
Semoga sepeninggal almarhum, koleksi buku-buku langka tersebut jangan sampai jatuh ke pihak yang kurang bertanggung jawab maupun ke luar negeri karena semenjak almarhum masih hidup ditenggarai ada salah satu pemerintah asing yang sangat berminat mengambil alih koleksi buku-buku tersebut.
Untuk diketahui, almarhum merupakan satu satunya kolektor buku yang wajahnya mirip Suharto. (Lily).