Jakarta.beritalima.com|
Anggota DPR RI Komisi IV Fraksi Partai PAN Dapil NTB 1 Pulau Sumbawa H.Muhammad Syafrudin,ST,.MM akrab disapa HMS menghadiri undangan makan siang dari Dubes Taiwan untuk Republik (YM Jhon Chen) sebenarnya pertemuan ini sudah cukup lama di agendakan hanya saja karena saling diisi dengan kegiatan sehingga baru terealisasi.
Dalam pertemuan tersebut HMS menyampaikan beberapa peluang yang bisa dikerjasamakan dengan Taiwan antara lain Tenaga Kerja, Pertanian serta segi Peternakan. Memang Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia tetapi memiliki prospek yang sangat banyak untuk bisa bekerjasama.
“Saya berjanji akan menyampaikan harapan tersebut kepada pemerintah daerah supaya bisa menjadi kenyataan dalam meningkatkan pertanian dan peternakan di NTB” Kata HMS tiga periode DPR-RI Rabu (15/12).
Disamping itu Duta Besar Taiwan juga mengharapkan agar bisa terjalin kerjasama dibidang pertanian serta peternakan dengan pemerintah indonesia khususnya NTB, menurut Jhon Chen mereka mengetahui NTB dari berbagai informasi dan memiliki karakteristik pertanian dan peternakan yang sangat bagus, oleh karenanya ini merupakan peluang yang sangat bagus untuk melakukan kerjasama secara langsung.
“Taiwan memiliki kemampuan pertanian serta peternakan yang sangat bagus dan selalu memiliki inovasi yang selalu menjadi hal baru bagi berbagai negara di dunia, seperti teh taiwan memiliki produksi yang sangat bagus dan dikemas serta bisa bertahan lama dan bisa dijadikan sebagai oleh-oleh,” terangnya
Menurut Dubes Taiwan bahwa Oolong Tea dari Taiwan tersebut memiliki khasiat mengurangi kadar kolestrol, mencegah tekanan darah tinggi, menurunkan resiko diabetes, memperkuat tulang dan gigi, meningkatkan konsentrasi dan performa, menjaga fungsi otak, menurunkan berat badan serta melindungi dan memerangi kanker, oleh karenanya tidak heran jika Taiwan sangat membanggakan produksi teh nya.
Ia mengatakan,Asosiasi Petani di Taiwan juga mendapat bimbingan dari Research dan Extention Center di bawah Council of Agriculture, sehingga sistem usaha pertaniannya berbasis ilmiah.
Wu-Feng Farmer’ Association di Taichung, misalnya, berbisnis komoditas padi. Mereka memiliki berbagai jenis usaha dengan aset yang sangat besar, antara lain koperasi, toko, penggilingan padi, hingga pabrik minuman beralkohol asal padi untuk sake, perbankan, dan asuransi. Setiap unit usaha dikelola tenaga profesional.
Berbeda lagi dengan bisnis yang ada di Bade, Kota Taoyuan. Asosiasi Petani di Taoyuan lebih banyak bergerak di komoditas sayuran. Di bawah Asosiasi Petani ini, terdapat berbagai kelompok produksi sayuran, utamanya sayuran daun berumur pendek, seperti pak choi, seledri, sawi, dan lain-lain.
Semua tahapan bisnis komoditas sayuran di Bade dikelola oleh Bade Farmers’ Association yang sahamnya milik petani. Kelompok produksi yang terdiri dari 10-20 orang petani fokus memproduksi sayuran, mulai dari pengolahan tanah, pengairan, penanaman, pemeliharaan, hingga panen. Selanjutnya, petani dari kelompok produksi menjual hasil usahanya kepada Asosiasi.
Beberapa hari sebelum panen, Asosiasi melakukan uji laboratorium terhadap kualitas produk, antara lain uji residu pestisida dalam sayuran. “Di Taiwan, uji kualitas produk sayuran sangat ketat. Ini penting untuk menjaga kepercayaan konsumen,” kata Manager Bade Farmers’ Association, Mr Lee.
Apabila produknya lolos uji laboratorium, maka produknya masuk kelompok sortir dan pengepakan. “Sortir dan pengepakan ini sangat penting agar konsumen mendapatkan produk yang berkualitas,” kata Ming-Hsin Lai, ahli agronomi dari Taiwan Agricultural Research Institute.
Selanjutnya, Asosiasi akan menjual produk petani kepada konsumen domestik maupun ekspor. Dengan pola seperti itu, bisnis sayuran di Taiwan sangat menguntungkan. “Pendapatan petani sayuran jauh melampaui orang kantoran,” kata Lee.(Rozak)