“Salah satu komitmen Ubaya adalah menyelamatkan situs di pegunungan ini. Di lereng pegunungan ini banyak situsnya,” ungkap Manager Operation UTC, Theophilus Hermawan, di hadapan puluhan wartawan yang sedang mengikuti kegiatan media gathering, Minggu (29/5/2016).
Dengan pembangunan UPC, diharapkan upaya-upaya penggalian informasi terkait sebaran situs-situs di kawasan Gunung Penanggungan semakin luas dan bisa diketahui masyarakat.
“Kita siap bekerjasama dengan semua pihak yang ingin menggali sejarah dan situs di Penanggungan ini,” jelas Theo, sapaan Theophilus Hermawan.
Museum UPC ini menempati areal seluas 500 meter persegi, bagian dari 40 hektar lahan UTC milik Ubaya. Bangunan UPC terdiri dari dua lantai. Lantai atas berupa pendopo, dan lantai bawah merupakan museum itu sendiri.
Menariknya, bangunan ini langsung menghadap puncak Gunung Penanggungan dengan suasana pemandangan yang sangat menakjubkan. Sekilas pendopo ini mirip rumah joglo khas masyarakat Jawa.
Di halaman UPC terdapat replika Gunung Penanggungan yang dikelilingi beberapa gunung yang ada di sekeliling Gunung Penanggungan. Dari masing-masing replika memancarkan air sebagai lambang kawasan Gunung Penanggungan sebagai sumber mata air yang sangat vital bagi masyarakat sekitar.
“Dalam membangun pendopo inipun kita juga harus berpikir keras agar sesuai, mengingat perjalanan sejarah yang panjang selama 6 abad lamanya, dari era kerajaan Mataram kuno hingga kerajaan Majapahit,” terang Theo.
Di UPC juga disiapkan sebuah teleskop yang bisa dipakai untuk mengamati kondisi situs-situs Gunung Penanggungan dari areal museum. Beberapa wartawan juga mendapat kesempatan mengamati kondisi beberapa situs dari teleskop tersebut.
Menurut Theo, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, serius melindungi kawasan Gunung Penanggungan yang kaya akan situs bersejarah. Hal ini dikuatkan dengan terbitnya SK Nomor 188/18/Kpts/013/-2015 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis Kawasan Penanggungan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Provinsi.
Keberadaan payung hukum itu dikawal Universitas Surabaya (Ubaya) yang sejak puluhan tahun konsentrasi menjaga sekaligus melestarikan. Terlebih seiring keberadaan UTC yang merupakan kampus III Ubaya.
Kawasan yang 100% didanai dan dikelola oleh Universitas Surabaya ini, meski belum diresmikan, namun sudah sering menjadi sumber informsi dari para ilmuwan ataupun arkeolog dalam dan luar negeri.
Bahkan bulan Juli mendatang UPC akan menjadi tuan rumah konferensi international yang khusus membahas tentang candi-candi dan arca, yang akan diikuti kurang lebih 10 negara.
“Saat ini di UPC ada sekitar 120 situs yang berasal dari kawasan Gunung Penanggungan. Situs-situs tersebut diantaranya Situs Jolotundo, Situs Gapuro Jedong, dan Situs Belahan,” papar Theo. Selebihnya, situs yang ditemukan di kawasan Gunung Penanggungan ini berupa arca dan candi-candi peninggalan jaman Mataram Kuno.
Foto-foto komparasi antara situs yang diketahui era tahun 1930-an dan sekarang akan menjadi salah satu koleksi museum UPC. Foto tahun 30an itu didapat UTC dari Leiden University Belanda. Harapannya, pengunjung bisa membandingkan dan tahu keadaan situs dulu. Bahkan replika berdasar foto dulu juga akan dibuat di museum ini. (Ganefo)