SURABAYA, beritalima.com | Kompas Institute dan Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Indonesia beberapa hari lalu menggelar workshop untuk para wartawan ekonomi di Hotel Santika Premiere Gubeng, Surabaya. Tema yang diusung Strategi Menulis Isu-isu Ekonomi di Tengah Dunia yang Berubah.
Workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam kepada para jurnalis tentang lanskap ekonomi masa depan, teknologi digital, perubahan iklim, serta kerjasama ekonomi regional, khususnya terkait Australia’s Southeast Asia Economic Strategy to 2040.
Hadir sebagai narasumber adalah Perwakilan Kedutaan Besar Australia di Indonesia yang memaparkan Ekonomi dan Perubahan Geopolitik Kawasan 2040, dan Economic Analyst Unair Gigih Prihantono SE MSE yang menjelaskan soal Ekonomi dan Perubahan Iklim.
Selain itu CEO Circlo Brian Marshal yang mengulas Ekonomi dan Teknologi Digital, serta Kepala Desk Ekonomi Harian Kompas FX Laksana Agung yang membahas tentang strategi menulis isu-isu ekonomi (di tengah perubahan) di media.
Gigih Prihantono dalam paparannya mengatakan, isu perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi perekonomian nasional dan global, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya risiko yang dihadapi apabila tidak dilakukan tindakan mitigasi.
“Emisi karbon juga salah satu faktor penyuplai adanya perubahan iklim. Saat ini emisi karbon menjadi penyumbang terjadinya perubahan iklim bersamaan dengan emisi gas rumah kaca dan lainnya,” kata dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair ini.
Menyoroti tentang perubahan iklim di dunia, terdapat berbagai respon baik di tingkat nasional maupun di tingkat global dengan tujuan yang sama, yakni menjalankan misi untuk melakukan pengurangan emisi karbon. Pengurangan emisi karbon di tingkat di dunia maupun dalam skala nasional dapat dilakukan dengan membuat kerjasama dan komitmen bersama.
Saat ini gejala perubahan iklim juga sudah dirasakan Indonesia, di antaranya mencairnya gunung es di Puncak Jaya, Papua, perubahan pola curah hujan, suhu Indonesia yang semakin meningkat setiap harinya, kenaikan permukaan air laut yang semuanya itu berdampak pada manusia dan lingkungan.
Bukti krisis iklim lainnya, lanjut dia, banyak negara yang terancam kekeringan dalam beberapa dekade ke depan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga ketahanan air. Jika ketahanan air melemah, maka akan berdampak serius pada banyak hal, di antaranya ketahanan pangan dan energi.
Menurutnya, sektor pertanian paling terdampak adanya perubahan iklim. Produksi pertanian turun, imbasnya tingkat konsumsi masyarakat juga turun. Kelaparan akan menjadi masalah, kalau sudah urusan perut biasanya rawan konflik dan kriminal.
Sementara itu Brian Marshal menjelaskan, industri e-commerce Indonesia tengah dalam kondisi pertumbuhan pesat seiring dengan perkembangan teknologi digital. Dengan dukungan teknologi dan internet, konsumen saat ini makin menyukai transaksi online. Meskipun diakuinya penetrasi kue transaksi online saat ini tidak setinggi saat terjadi pandemi Covid-19 lalu.
Sementara itu, FX Laksana Agung berbagi pengalaman terkait liputan ekonomi. Termasuk membahas perkembangan teknologi digital yang turut mempengaruhi kerja-kerja jurnalis.
Agung mengatakan, teknologi digital akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas berbagai sektor ekonomi. Banyak pekerjaan konvensional akan tergantikan oleh teknologi, sementara pekerjaan baru di sektor teknologi akan bermunculan.
Ia mengingatkan agar jurnalis untuk tetap memperhatikan beberapa aspek seiring perkembangan teknologi. Di antaranya menjaga etika, dan memperhatikan kebijakan redaksi medianya masing-masing.
Selain itu. memperhatikan keandalan dan keakuratan informasi, meningkatkan keterampilan digital, adaptif terhadap perubahan, serta meningkatkan pengetahuan ekonomi yang terus dinamis. (Gan)
Teks Foto: Para narasumber Workshop “Strategi Menulis Isu-isu Ekonomi di Tengah Dunia yang Berubah” di Surabaya.