Oleh: Masquita Pragistari
Pendidikan merupakan hak setiap manusia. “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina” Hadist Rasulullah tersebut selalu di pegang teguh oleh para Orangtua agar mampu memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya agar kelak mereka memiliki masa depan yang lebih baik dibanding orang tuanya.
Hal itu pula yang dirasakan oleh Kompiang, Kompiang bekerja sebagai tukang sapu di Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar, Bali. Kompiang bekerja dengan tak kenal lelah. Ia tak peduli apapun pekerjaannya asalkan halal dan dapat digunakan untuk membiayai sekolah anak-anaknya akan ia lakoni. Menurutnya, Pendidikan adalah syarat nomor 1 menuju kesuksesan.
Ibu beranak tiga ini tak ingin nasib anaknya berakhir seperti dirinya yang harus putus sekolah sejak Sekolah Dasar lantaran keterbatasan dana.
Kompiang bekerja menjadi tukang sapu sejak 2001 dengan gaji Rp6.500 perhari, ia juga mengambil pekerjaan serabutan untuk tambahan dalam membiayai sekolah ketiga anaknya. Sedikit demi sedikit dengan badannya yang sudah tidak tegap lagi ia mengumpulkan sampah walau deru angin kencang kadang membuyarkan sampah yang sudah dikumpulkannya.
“Dahulu saya pertama kali kerja di tahun 2001 cuma digaji Rp 6.500 per hari, kalau dipikir mana bisa gaji segitu untuk hidup. Maka dari itu saya ngambil pekerjaan apapun saja selain nyapu, pokoknya serabutan” ujarnya dengan mata berkaca sumringah.
Umur Kompiang yang sudah setengah abad tak mengahalangi semangatnya menyekolahkan anaknya untuk masa depan yang lebih baik. Dia tak pernah bosan menjalankan rutinitas yang sudah lama ia lakoni. Setiap hari, dengan saksama ia menyapu kawasan elite di sekitar Lapangan Renon tepat di sebelah selatan kantor Gubernur Bali.
Setiap hari, Kompiang membawa sapu lidi, pengki dan bak sampah kosong berwarna hijau untuk dibawanya menuju kawasan elite sekitar Lapangan Renon, mau tidak mau Kompiang harus memenuhi bak sampah tersebut oleh tumpukan sampah hasil menyapu seluruh jalan kawasan elite tersebut. Bukan tidak mungkin hasilnya tidak mencapai hasil yang ia inginkan, namun setidaknya Kompiang telah berusaha membuat kawasan tersebut bebas sampah. Daun berguguran dan sampah makanan biasanya menjadi sampah utama kawasan tersebut.
Kompiang tak pernah merasa pamrih atas usahanya tersebut, banyak orang yang beranggapan gaji yang ia dapat tak sesuai dengan yang ia kerjakan, menurutnya asalkan pekerjaan tersebut dapat mencukupi kehidupannya, mengapa ia harus protes kepada tuhan?
Pendidikan Menurut Kompiang
Meskipun ia hanya seorang tukang sapu jalan, tetapi Kompiang mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Kompiang paham bahwa pendidikan adalah hal utama jika anak-anaknya tidak mengenyam pendidikan, maka anaknya akan tertinggal jauh kebelakang.
Sebagai sosok ibu sekaligus tulang punggung keluarga, Kompiang tak memaksakan anaknya untuk mengikuti kehendaknya dalam menentukan masa depan. Ia percayakah semua masa depan kepada anaknya masing-masing. Karena menurutnya, yang akan menjalani kehidupan itu anaknya bukan dirinya, ia hanya perlu mengarahkan serta mendoakan apa yang dilakukan anaknya untuk meraih masa depan yang diinginkan.
Keikhlasan hati dan kerja keras Kompiang membuahkan hasil, ia mampu menyekolahkan anaknya sampai tamat di bangku perkuliahan.
Astungkara, nama anak Kompiang yang pertama, ia saat ini telah menamatkan kuliah kebidanan yang sejak dahulu ia inginkan. Sekolah kebidanan tidak murah, Kompiang mengetahui hal itu, oleh karenanya Kompiang selalu berusaha tak kenal lelah bekerja siang dan malam.
Pada siang hari kompiang bekerja sebagai tukang sapu jalanan, malamnya ia bekerja serabutan. Apa saja yang bisa menghasilkan uang untuk anaknya sekolah.
Selain Astungkara, Kompiang memiliki 2 anak lagi yang harus ia sekolahkan. Anak keduanya saat ini baru mulai kuliah dan anak ketiganya duduk di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas).
Sebagai orang tua Kompiang berharap dimanapun anak- anaknya berada, mereka mampu mengamalkan ilmu yang diperolehnya saat ini untuk turut memajukan bangsa dan Negara. Ia berharap kelak anaknya akan bermanfaat bagi masyarakat. Sebab ia percaya bahwa sebaik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Kompiang tidak akan menyerah untuk memberikan masa depan yang cerah untuk anak-anaknya.(MP/gis)