SURABAYA, beritalima.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, terus berupaya melakukan penyembuhan kepada anak yang mengalami sex addict. Mawar (bukan nama sebenarnya), anak perempuan berusia delapan tahun yang merupakan korban dari dampak negatif lingkungan adanya eks lokalisasi dolly, saat ini kondisinya sudah mulai berangsur membaik.
Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Nanis Chairani mengatakan, kondisi anak ini masih terus dalam tahap penyembuhan dan pendampingan, karena memang sudah cukup lama mengalami kondisi tersebut (sex addict).
“Untuk menghilangkan itu (sex addict) tidak gampang, dibutuhkan proses, karena kemungkinan sudah berlangsung lama. Kita perlu kerjasama antara rumah sakit, terutama orang tuanya dan para psikolog,” kata Nanis, saat ditemui di ruang kerjanya, Jum’at, (26/01/18).
Menurut Nanis, untuk penyembuhan harus dilakukan secara berkala, baik dari segi pengobatan (psikiater) maupun kejiwaan (psikolog) si anak. “Meskipun hal kecil, tetap kita arahkan, seperti nonton film romantis, kita arahkan ke orang tuanya agar dilarang,” imbuhnya.
Nanis menyampaikan, kondisi Mawar saat ini sudah mulai berangsur normal dari awal pertama kali ditemukan. Hal ini, tidak lepas dari pengawasan dan pendampingan yang terus dilakukan oleh Pemkot Surabaya. Korban yang merupakan dampak dari adanya eks lokalisasi dolly Surabaya, sebelumnya ditemukan mengalami sex addict dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
“Anak ini yang awalnya lebih sering mengarah ke sana (sex addict), saat ini kondisinya sudah mulai bisa terkontrol, kita terus arahkan dan beri pemahaman kepada si anak,” tuturnya.
Menurutnya, peran serta orang tua juga sangat dibutuhkan untuk tetap dapat ikut mengawasi dan menjaga korban, karena selama tinggal di eks lokalisasi dolly diketahui Mawar hanya tinggal bersama neneknya.
Kejadian ini merupakan yang kedua kalinya ditemukan, pasca penutupan eks lokalisasi dolly. Sebelumnya, juga ditemukan hal serupa yang menimpa seorang anak berusia sekitar delapan tahun. Tapi anak itu kini sudah berhasil disembuhkan dan kembali normal.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan perhatian khusus terkait masalah ini. Bahkan pada korban yang pertama dulu wali kota sudah sempat bertemu dengannya.
Menurut teori Vygotsky seorang ahli psikologi kelahiran Russia mengungkapkan, bahwa tumbuh kembang anak merupakan hal yang ditentukan oleh faktor dari lingkungannya.
Sungguh tepat langkah yang diambil Wali Kota Risma, melakukan penutupan lokalisasi yang selama ini sangat berdampak negatif bagi masa depan anak, walaupun sempat terjadi pro dan kontra saat dilakukan penutupan. Namun, kebijakan inilah yang seharusnya diambil untuk menyelamatkan para generasi muda khususnya anak-anak Surabaya. (*)