SURABAYA, beritalima.com – Kota Surabaya kembali menempatkan wakilnya dalam Lomba Lingkungan Sekolah Sehat (LLSS) Tingkat Nasional tahun 2016. Fokus penilaiannya terletak pada pengelolaan usaha kesehatan sekolah (UKS). Pada tingkat nasional ini, Surabaya diwakili SD Al-Irsyad. Sekolah tersebut akan bersaing dengan perwakilan dari seluruh propinsi se-Indonesia.
Bertempat di ruang kerja walikota, pagi tadi (26/5) Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima tim penilai yang berjumlah delapan orang. Tim gabungan ini berasal dari Kementrian Kesehatan, Kementrian Agama, serta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Saat menerima tim penilai, Wali Kota Surabaya menjelaskan bahwa “goal” LLSS kali ini bukan pada juara dan peringkat. Namun, bagaimana cara mengubah pola pikir warga di lingkungan sekolah, mampu bersinergi saling merasa memiliki sekolah. Hal ini diungkap oleh walikota, pasalnya semakin meningkatnya tindak kriminalitas yang dilakukan oleh pelaku yang masih berstatus pelajar.
“Harapan saya, di tahun ini atau tahun mendatang LLSS penekanannya pada pembinaan mental warga di lingkungan sekolah. Karena masalah seperti ini merupakan pekerjaan rumah kita bersama, dan jika bisa agar ditangani dalam waktu dekat. karena kondisi lingkungan di sekitar anak-anak ini berubah dengan cepat,” tegas walikota.
Ketua Tim penilai, Dr. Christina Manurung mengucapkan terima kasih atas masukan yang diberikan walikota. Senada dengan walikota, ia merasa kasus-kasus yang muncul di permukaan ini memang merupakan tanggung jawab bersama. Namun, Dr. Christina Manurung juga turut memaparkan kondisi UKS di kota/kabupaten, dan provinsi di luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, saat ini penilaian dititik beratkan pada pengelolaan UKS.
“Dalam tiga tahun terakhir ini kami memang mengusulkan bahwa dampak dari bimbingan yang diberikan oleh UKS masuk menjadi instrumen peniliaian. Jika di Pulau Jawa kondisi UKS bisa dikatakan mempengaruhi aktifitas siswa, namun hal ini berbeda dengan kondisi di luar Pulau Jawa. Jadi, sementara ini kami menitik beratkan pada infrastruktur dan pengelolaan UKS,” imbuh Christina Manurung.
Dalam kesempatan yang sama walikota juga turut memaparkan tentang Kampung Pendidikan yang digagas oleh masyarakat bersama Pemkot Surabaya. Dimana pukul 6-8 malam, anak diwajibkan untuk di dalam rumah, dan tidak boleh menonton televisi. “Di era sekarang anak dituntut untuk dapat nilai bagus, tanpa orang tua tahu proses anak mendapatkan nilai tersebut, itu adalah penyakit sesungguhnya. Di kampung pendidikan orang tua menjadi sahabat anak, ini adalah penawar dari penyakit tersebut” pungkas walikota.