Kedatangan Kapolres Aceh Utara AKBP. Ahmad Untung Suarianata SIK bersama personilnya sempat membuat suasana tegang. Pasalnya kehadiran personil aparat keamanan tersebut, hendak menyita satu lembar bendera Bintang Bulan yang dikabarkan akan segera dikibarkan oleh KPA pada detik-detik awal penyambutan milad.
Amatan Wartawan dilokasi, sejumlah personil kepolisian yang langsung dikomandoi oleh Kapolres dalam kondisi siaga satu. KPA mengecam pihak kepolisaian tersebut yang dinilai menerobos masuk secara tiba-tiba dalam kondisi siap siaga dengan senjata api.
Satu bendera yang hendak disita disita oleh pihak keamanan tersebut tidak jadi diamankan, dengan persyaratan yang disampaikan oleh Kapolres untuk patuh pada seruan Kapolda Aceh, Brigjen Pol. Drs. Rio S Djambak, atas larangan pengibaran bendera Aceh tersebut.
“Kita harapkan tenang, kita bukan datang untuk melarang kegiatan Milad ini, akan tetapi kita harus patuh pada seruan Polda, tolong jangan kibarkan bendera Bintang Bulan. Kita harus sama-sama menghormati pemimpin kita akan segera mengikuti Pilkada kedepan,” ujar Kapolres ketika melerai debat mulut dari satgas Partai Aceh.
Sebelum meninggalkan lokasi acara, pihak kepolisian menyerahkan kembali satu lembar bendera itu, kepada satgas PA, dan dari pihak KPA membatalkan niat menaikan bendera tersebut. Namun, suasana sempat tegang, dimana puluhan personil Polisi kalah jumlah dengan satgas Partai Aceh yang sama merapatkan diri.
Ketegangan tersebut, secepatnya di leraikan oleh panitia pelaksana dengan mengatakan, pelaksanaan Milad GAM aman dan terkendati, peringatan acara sakral bagi perjuang GAM tersebut berlangsung khitmad.
Menanggapi hal itu, Ketua KPA Wilayah Pasee mengaku menyesalkan tindakan aparat keamanan tersebut. Polisi dinilai telah berupaya untuk membubarkan perayaan itu. “Mana ada bangsa yang dilarang mengenang sejarahnya sendiri. Sejarah yang tidak bisa lagi dirayakan, berarti sudah tidak ada lagi harga diri bagi bangsa tersebut,” katanya diatas pentas podium.
“Jika bangsa aceh sudah dilarang mengenang sejarahnya sendiri, kita sudah tidak menjadi sebuah bangsa lagi, ini tidak seharusnya terjadi, karena rakyat perlu mengenang sejarah besar itu,” pungkas Tgk. Ni.(En)