Aceh Utara, Beritalima.com – Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Pasee telah menjadwal hari memperingati bangkitnya Gerakan Aceh Merdeka ( GAM), di Daerah IV (D4) Pasee, lebih tepatnya di Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara.
Seperti biasanya Refleksi Milad GAM yang dilaksanakan setiap tahunnya pada tanggal 4 Desember ini melaksanakan doa bersama sekaligus mengenang perjuangan panjang rakyat Aceh. Pada tanggal 4 Desember 2016 mendatang ini, GAM genap 40 tahun.
Namun, kali ini dijadwalkan di tempat yang berbeda, pada tahun-tahun sebelum KPA/PA setempat memperingati hari lahirnya GAM itu di Kantor KPA wilayah, kali ini di laksanakan di daerah IV.
“Kita baru membuat sekedul, tempat yang kita rencanakan adalah di Panteu Breueh, Baktiya,” ujar juru bicara KPA/PA Pasee, Muhammad Jhony.
Berdasarkan sejarah, GAM bangkit pada tanggal 4 Desember 1976. Bangkitnya GAM di Aceh, dikarenakan memperjuangkan hak bagi bangsa, dimana rakyat Aceh saat itu merasakan ditindas oleh pemerintah pusat, sehingga lahirnya perjuangan rakyat menuntut kebebasan dari bingkai NKRI. Sementara, GAM itu sendiri di deklarasikan oleh mendiang Tgk. Muhammad Hasan Di Tiro itu, yang kemudian beliau di sebut sebagai Wali Negera Aceh ( Wali Nanggroe).
Selama 30 tahun Aceh dilanda konflik, keganasan konflik bersejarah itu memakan ribuan nyawa di Aceh melayang, disebabkan oleh pelanggaran HAM bagi rakyat sipil.
Kekerasan, penyiksaan, penculikan, pemerkosaan brutal terjadi. Selain itu juga hampir setiap inci tanah aceh terjadi pembunuhan sadis dan pemusnahan aset milik rakyat sipil dengan cara dibakar, termasuk sekolah-sekolah dan kantor instansi pemerintahan.
Berawal nama Aceh Merdeka, berikut nama tersebut berubah menjadi Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM), yang selanjutnya disebut GAM.
Pada awalnya, perjuangan GAM menuntut kemerdakaan bagi Aceh. “Harkat dan martabat Aceh tidak hanya menyangkut dengan kedaerahan. Aceh adalah bangsa yang beragama dan beradap, pejuangan Aceh dulu demi tegaknya Islam yang kaffah di Aceh dan terpenuhinya hak-hak dan kesejahteraan rakyat yang sudah seharusnya dirasakan sejak dahulu silam,” ungkap Jhony mengarti perjuangan GAM itu.
Pada kesempatan refleksi milad yang akan berusia 40 tahun itu, KPA berharap bisa merayakan kenangan tersebut bersama rakyat. “Milad GAM bukan milik suatu kelompok apa pun, tapi milik rakyat, karena GAM adalah gerakan rakyat, seperti yang kita ketahui, setiap individu di Aceh telah merasakan sejarah yang tragis ini, dan perang itu telah menyisakan banyak luka yang tidak akan terhapus sepanjang hayat,”
Saat memperingati Milad GAM, KPA akan melaksanakan selawat atas rasullah dan doa bersama. KPA juga merencanakan menyantuni anak yatim – piatu, anak, cucu syuhada, sebagai bukti nyata mereka adalah bukti catatan hitam perjuangan Aceh, karena ditinggalkan oleh orang tua mereka, para syuhada yang syahid di kala konflik.
“Perjuangan Aceh, tidak selesai pada penanda tanganan MoU Helsinki. Sepuluh tahun terakhir ini sebenarnya GAM sedang memperjuangkan hak Aceh, karena MoU belum juga muncul dihadapan rakyat, kesalahan inilah yang sedang diperjuangan oleh KPA/PA sebagai perpanjangan tangan GAM. Aceh benar sudah tidak lagi didera kemeluk konflik, tapi di Aceh sedang terjadi kemelut politik, hak Aceh terancam krisis politik, dimana petinggi GAM yang ingkar telah memilih jalannya sendiri. Jika PA lepas tangan atas kasus ini, siapa yang bertangung atas permasalah besar itu? Ini sebabnya, tugas KPA/PA belum berakhir, tugas GAM belum berakhir,” demikian pungkas M. Jhony kepada beritalima.com.
Efendi Noerdin