KPI Salurkan Bantuan bagi Peserta Kirab Budaya Sound Horeg di Tapanrejo

  • Whatsapp
Foto: KPI Banyuwangi bagikan air mineral kepada peserta kirab budaya sound horeq. (Doc, Istimewa)

BANYUWANGI,Beritalima.com – Acara kirab budaya yang digelar setiap tahun di Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar, kembali berlangsung meriah. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kirab kali ini dikemas lebih modern dengan iringan Sound Horeg, sebuah hiburan jalanan yang tengah populer di kalangan muda. Sabtu (20/09/2025).

Sound Horeg, yang identik dengan dentuman musik keras, memang memiliki daya tarik tersendiri untuk mengumpulkan massa.

Bacaan Lainnya

Dari sisi positif, keberadaannya mampu mendongkrak ekonomi masyarakat. Terbukti, deretan pelaku UMKM dari desa setempat hingga luar desa kebanjiran pembeli selama acara berlangsung. Mulai dari pedagang makanan, minuman, hingga aksesori khas budaya lokal ramai diserbu pengunjung.

Namun di sisi lain, Sound Horeg juga menuai kontroversi. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai kegiatan semacam ini bisa dianggap haram jika identik dengan perilaku yang menjurus pada kemaksiatan, seperti pesta minuman keras, keributan, atau musik yang melalaikan dari ibadah.

Secara aturan, MUI menegaskan kegiatan budaya boleh digelar selama tidak menyalahi norma agama dan tidak menimbulkan mudarat bagi masyarakat.

Foto: Pipit seorang anggota KPI Banyuwangi sedang menyerahkan air mineral kepada peserta.(Doc, Istimewa)

Di tengah kemeriahan kirab tersebut, Komunitas Pendukung Ipuk – Mujiono (KPI) menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan bantuan kepada para peserta.

Ketua KPI, Very Kurniawan, menyampaikan bahwa bantuan ini sebagai bentuk dukungan moral dan sosial komunitas.

“Bantuan dari kami tidak seberapa, hanya berupa air mineral untuk para peserta. Tapi inilah wujud kepedulian kami. KPI selalu berusaha hadir di tengah masyarakat, apalagi dalam acara budaya yang sudah menjadi tradisi warga Tapanrejo,” ujarnya.

Sementara itu, anggota KPI, Pipit Handayani, menambahkan bahwa komunitasnya bukan hanya memberikan bantuan logistik, tetapi juga mendukung acara secara finansial.

“Kami selalu merespons cepat jika ada kegiatan masyarakat. Untuk kirab budaya kali ini, melalui KPI kami juga menyumbang dana sebesar Rp5 juta dan membagikan kaos bagi peserta. Semua ini agar acara berjalan lancar dan lebih semarak,” jelas Pipit.

Dari sisi pemerintah desa, Sekretaris Desa Tapanrejo, Mohamad Hasim Malik Ibrahim, menilai kirab budaya yang dipoles modern justru menunjukkan dinamika positif masyarakat.

Para peserta tampil dengan baju adat yang dikombinasikan sentuhan modern, sehingga selain menjaga tradisi juga mampu mengikuti perkembangan zaman.

“Kami dari pemerintah desa mendukung penuh kegiatan masyarakat selagi bernilai positif. Walaupun terkadang dianggap mengganggu karena musiknya keras, tapi nyatanya masyarakat senang dan ekonomi desa ikut bergerak. Budaya harus hidup, tapi juga harus peka terhadap zaman,” ungkap Hasim.

Foto: Bantuan air mineral diserahkan kepada peserta kirab.(Doc, Istimewa)

Kirab budaya dengan sentuhan modern ini memang terus berkembang setiap tahun. Meski memunculkan perdebatan, warga tetap antusias karena kegiatan tersebut dianggap mampu menjaga kearifan lokal sekaligus menggerakkan ekonomi desa.

Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk komunitas seperti KPI dan pemerintah desa, kirab budaya di Tapanrejo diharapkan tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga wahana mempererat persaudaraan, melestarikan budaya, serta menghidupkan perekonomian masyarakat setempat.(Rony//B5)

beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait