beritalima.com – Hilangnya tiket maskapai AirAsia di hampir semua Online Travel Agent (OTA) sangat dikeluhkan calon penumpang pesawat terbang, baik rute domestik maupun internasional. Sejumlah pihak menduga adanya permainan kartel dalam bisnis maskapai udara di OTA, yakni penghalangan penjualan tiket maskapai AirAsia.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melihat adanya upaya pihak lain untuk menghalangi distribusi tiket AirAsia di sejumlah OTA.
Komisioner KPPU Guntur Saragih menyebut akan melakukan penelitian terhadap kasus hilangnya tiket AirAsia di beberapa OTA ini dengan memanggil pihak maskapai (AirAsia, red) dan OTA terkait.
Selain mengenai hilangnya tiket AirAsia di sebagian besar OTA dan adanya dugaan kartel penjualan tiket maskapai, KPPU juga menyoroti penerapan bagasi berbayar, kargo pesawat terbang, penyediaan avtur, hingga join Kerjasama Operasi (KSO) antara maskapai Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air.
Guntur menegaskan tim investigator KPPU tengah meminta keterangan pihak-pihak terkait pada industri penerbangan, hingga KPPU memberikan himbauan ke tiap instansi untuk tidak mengeluarkan kebijakan yang dapat menyentuh ranah tugas dan fungsi KPPU, seperti penetapan harga atau predatory fix pricing. “Jangan sampai ada yang melanggar prinsip-prinsip persaingan usaha,” tegasnya.
KPPU sudah memanggil pihak AirAsia untuk melakukan klarifikasi terkait hal tersebut.
Selanjutnya KPPU akan memanggil pihak OTA, salah satunya Traveloka. “Senin (25/3) KPPU sudah panggil pihak AirAsia. Minggu depan kita akan panggil Traveloka dan tiket.com minggu depan. Nanti hasilnya akan digabung dengan yang lain,” ungkap Kepala Biro Hukum, Humas dan Kerjasama KPPU, Taufik Arianto dikutip dari sejumlah media.
Kepada KPPU, Direktur Niaga AirAsia Indonesia Rifai Taberi mengungkapkan sejumlah kejanggalan yang dirasakan terkait penjualan tiketnya di OTA.
Ia menyebut pihaknya sudah berusaha mengomunikasikan dengan OTA, namun tidak mendapat respon positif. ”Kami menanyakan kepada OTA mengapa kita AirAsia hilang di situs mereka, tapi mereka tidak memberikan jawaban,” ujarnya.
Rifai menyebut kejanggalan tersebut sangat merugikan pihaknya dan calon penumpang karena komunikasi yang dijalin tidak mendapat respons dari pihak OTA.
Menurutnya, jika sistem IT down, biasanya pihak OTA memberikan penjelasan kepada maskapai. “Kami sudah melakukan komunikasi. Tapi sejauh ini belum ada pembicaraan formal antara AirAsia dengan OTA sehingga kami belum dapat klatifikasi dari mereka,” katanya.
Ia masih berharap OTA kembali menjual tiket AirAsia dan semuanya bisa kembali normal dalam waktu dekat karena akan menguntungkan semua pihak.
”Kami berharap semua bisa kembali normal. Kami ingin ketersediaan tiket AirAsia mudah diakses oleh calon penumpang,” pungkas Rifai.
Intervensi Maskapai Lain
Salah seorang pengusaha OTA, sebut saja Pedro, kepada RRMEDIA mengatakan jika ada tekanan dari maskapai lain kepada pihaknya agar tidak menjual tiket AirAsia.
Selama ini tiket AirAsia memang lebih murah dibanding maskapai lain untuk beberapa rute penerbangan dan jam tertentu. Selain itu AirAsia masih belum menerapkan aturan bagasi berbayar seperti maskapai lain.
Pedro menambahkan, maskapai tersebut mengancam akan menarik kerjasama dengan OTA jika masih nekat menjual tiket AirAsia. Awalnya beberapa OTA bergeming dengan ancaman tersebut dan tetap menjual tiket AirAsia, namun maskapai tersebut benar-benar menarik penjualannya di OTA sehingga calon penumpang menghujani OTA dengan berbagai komplain dan pertanyaan.
Menurut Pedro, tiket maskapai tersebut selama ini banyak dicari calon penumpang dan menguasai hampir seluruh penerbangan domestik di Indonesia.
OTA pun akhirnya tidak lagi ‘menjual’ tiket AirAsia dengan cara menghilangkan dari daftar tiket yang dijual.
”Sebenarnya kami ingin semua berjalan seperti biasa. Kami sangat ingin menjual semua tiket maskapai untuk kepuasan calon penumpang. Selain itu untung yang kami dapat juga lebih besar jika menjual semua tiket maskapai. Tapi bagaimana lagi, kami dalam tekanan maskapai tertentu,” keluhnya.
Diana, warga Surabaya yang berdinas di Bali, mengaku selalu menggunakan OTA untuk membeli tiket pesawat terbang guna menunjang aktivitasnya. Hilangnya tiket AirAsia di sejumlah OTA menurutnya sangat merugikan calon penumpang.
”Saya kadang memilih AirAsia karena harganya kadang lebih murah daripada maskapai lain. Tapi sejak menghilang dari OTA, saya terpaksa pilih maskapai lain dan harganya sekarang lebih mahal. Mau buka situs AirAsia kok nggak efektif dan membuang waktu karena tidak bisa membandingkan dengan maskapai lain,” ujar Diana. (*)