Digagasnya Kawasan Rumah Pangan Lestari bertujuan untuk memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan sempit sebagai tempat bercocok tanam. Selain dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga dari sayur mayur dan tanaman holtikultur, juga sebagai sumber perekonomian keluarga. Apalagi saat penerapannya sudah lengkap, dari tanaman sayur mayur, holtikultur, unggas, ikan, ternak besar maupun kecil. Hal ini akan terwujud jika dilakukan dengan telaten dan berkelanjutan.
Pak To Suprapto selaku coach tani selalu memotivasi masyarakat melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), karena beliau adalah pelaku dan sudah merasakan manfaatnya. Pada dasarnya program ini bisa menjadi sumber perekonomian keluarga apabila mereka merasa membutuhkan dan sudah merasakan manfaatnya. “ Kader dan masyarakat di Desember mulai membangun percontohan yang penerapannya lengkap dari tanaman hingga ternak di salah satu pekarangan. Mereka juga mulai mengelola pekarangan masing – masing secara bertahap. Kalau mereka sudah merasakan manfaat dari program KRPL dan merasa perlu, maka mereka akan melakukannya dengan serius, “ sebagaimana ditegaskan oleh Pak To Suprapto saat berbincang dengan Pak RW dan Fasilitator.
Pada kunjungan Pak TO dan Fasilitator di Januari ini, secara sumringah Pak Busono, menceritakan panen dari pekarangannya. Beliau yang lebih populer dengan panggilan Mbah Bucal sudah merasakan manfaat dari pengoptimalan pekarangan rumah. Mbah Bucal menggunakan media karung semen bekas untuk menanam daun bawang. Masyarakat Trans Handil Sohor lebih familiar menyebut daun bawang dengan sebutan Muncang/Loncang. “Alhamdulillah, saya mampu memanen 20 kg muncang dengan harga Rp. 25.000,- per kilonya. Saya juga memanen 50 ikat sledri dalam minggu ini dengan harga Rp. 5.000,- per ikatnya, seledri ini siap dipanen setiap satu minggu sekali. Saya semakin bersemangat, semoga bisa lengkap untuk merambah ke ternak” ujar Mbah Bucal sambil menunjukkan tanamannya.
(Mustofa/Yeni/KlasterBerdaya/Kotim)