CIPASUNG, beritalima.com – Kantor Staf Presiden bekerja sama dengan Forum Penggerak Budaya dan organisasi di bawah payung Nahdlatul Ulama menggelar pelatihan media sosial dan kampanye anti-hoax di Pondok Pesantren Cipasung selama tiga hari, 29 November – 1 Desember 2018. Pelatihan ini bertujuan untuk mendidik dan melatih para mahasiswa, pelajar, santri untuk menjadi agen dan sekaligus produsen konten-konten positif melalui media sosial yang mereka miliki.
Koordinator pelatihan Muh. Ichwan DS mengatakan, pelatihan ini diikuti oleh 73 orang yang berasal dari lingkungan pondok pesantren di Cipasung, serta anak-anak muda dari Garut, Pangandaran, sampai dengan santri dari beberapa kota di Jawa Tengah.
Alois Wisnuhardana, Tenaga Ahli Madya Kantor Staf Presiden dan juga penulis buku “Anak Muda dan Medsos” di hadapan para peserta mengingatkan pentingnya anak-anak muda membangun gambaran positif diri mereka melalui media sosial. “Hari ini, media sosial sudah jauh berkembang tidak hanya menjadi sarana hiburan. Banyak perusahaan sudah menggunakan media sosial sebagai alat untuk merekrut karyawan,” ujarnya.
Bahkan, imbuh Alois, pemerintah AS pun sudah mulai menerapkan penggunaan media sosial untuk menyeleksi imigran yang akan masuk ke negeri Paman Sam tersebut. “Anda akan diminta untuk menunjukkan ponsel yang media sosialnya sudah terhubung dengan akun Anda,” ujarnya. Jika ditemukan konten-konten yang dianggap membahayakan, maka ia bisa ditolak untuk masuk ke negeri tersebut.
Melalui model ini, media sosial kini sudah berkembang lebih jauh dari sejak pertama kali ditemukan. Oleh karena itu, Alois mengajak anak-anak muda untuk tidak memproduksi konten-konten negatif yang dapat merugikan mereka sendiri di masa depan. “Dampak media sosial ini sungguh dahsyat. Seorang siswi/santriwati, bahkan bisa terjerumus ke dalam pandangan yang salah yang merugikan masa depannya sendiri, hanya dalam hitungan waktu kurang dari setahun sejak ia mengenal media sosial,” ujarnya.
KH. Abdul Khabir, pengasuh pindok, menjelaskan sejarah Pondok Pesantren Cipasung dan keunikan dari setiap pimpinan pondok pesantren ini. Salah satunya Kiai Haji Ruhiyat yang mendirikan pesantren pada usia 20 tahun. “Waktu muda adalah waktu berkarya, jangan menunggu-nunggu lagi. Waktunya berkarya untuk menyampaikan pesan-pesan penting ajaran Ahlul Sunnah Wal Jamaah” ungkap KH Khabir di hadapan santri.
Sementara itu Ketua Ansor Tasikmalaya Asep Muslim yang juga menjadi pemateri menjelaskan bahaya berita hoax. Asep mencontohkan dampak perpecahan umat Islam pasca kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan yang timbul karena adanya berita hoax.
(rr)