Kuda Cokelat Temanku Mencari Nafkah

  • Whatsapp

Oleh : Rivaldi Dani Rahmadi (Politeknik Negeri Jakarta)

beritalima.com – Trotoar berwarna hitam putih yang mengelilingi Jalan Stadion Pakansari menjadi tempat mencari nafkah bagi beberapa orang. Langit gelap yang dihiasi lampu jalan membuat malam semakin ramai ditemani oleh beberapa pedagang. Tak hanya pedagang, segelintir orang yang menjual jasanya-pun berkumpul dipinggir jalan menanti pengungjung yang ingin menggunakan jasanya.
Pembangunan Stadion Pakansari yang sudah rampung membuat warga sekitar memiliki tempat rekreasi yang sederhana namun tetap indah. Bangunan stadion yang megah menarik perhatian masyarakat. Ketika senja datang pedagang dan pengunjung akan mulai berdatangan.

Di Stadion Pakansari para pedagang bukan hanya di kios saja yang berjualan tetapi banyak yang menggunakan gerobak, dan tenda-tenda yang mereka bangun sendiri. Begitu juga para penjual jasa, tidak hanya ada tukang ojek tetapi juga terdapat jasa penyewaan sepeda hias yang berbentuk unik. Tidak kalah juga terdapat transportasi tradisional yang berhenti di pinggir trotoar menunggu pengunjung. Transportasi tradisional itu adalah delman.

Pak Atang biasa dipanggil namanya, ia biasa mulai beroperasi di Stadion Pakansari mulai matahari tepat berada di atas kepala hingga larut malam saat pengunjung mulai sepi. Pak Atang mengaku sudah lama menjalani profesi sebagai kusir kuda. Kuda berwarna cokelat selalu menemaninya mencari nafkah untuk keluarganya. “Saya menjadi kusir sudah lama, kemarin sempat dagang di dekat rel kereta cilebut tapi semenjak ada stadion balik lagi saya jadi kusir,” tutur Pak Atang.

Memang dengan dibangunnya Stadion Pakansari menjadi ladang rezeki bagi segelintir orang seperti Pak Atang. Langkah demi langkah kuda itulah menjadi harapan bagi Pak Atang untuk mengais rezeki. Memiliki profesi seperti ini Pak Atang tetap semangat agar kehidupannya lebih baik lagi.

Meskipun penghasilan tidak menentu setiap hari, Pak Atang selalu bersyukur berapapun yang ia dapatkan. Pak Atang percaya rezeki sudah ada yang mengatur. “Tergantung sih ya, hasilnya ga tentu, setidaknya cukup untuk makan dan kebutuhan sehari-hari,” kata Pak Atang.

Walaupun terkadang badan terasa lelah lantaran usia tidak muda lagi tidak membuat Pak Atang cepat menyerah mencari nafkah. Pak Atang ingin membiayai pendidikan anaknya hingga sukses.

Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi (Politeknik Negeri Jakarta)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *