Kuliah Umum di STIE Banjarmasin, LaNyalla Canangkan Merdeka Belajar

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mencanangkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Program itu merupakan kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek).

Pencanangan dilakukan LaNyalla secara simbolis kepada pihak kampus di Aula STIE Indonesia Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (24/5). Ketua DPD RI mendorong mahasiswa mempersiapkan karier yang komprehensif melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka sebagai upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa yang unggul.

“Asah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan. Eksplorasi pengetahuan dan kemampuan di lapangan. Lalu belajar dan perluas jaringan di luar program studi atau kampus asal. Timbalah ilmu secara langsung dari mitra berkualitas dan terkemuka,” papar LaNyalla.

Dalam kesempatan itu, LaNyalla menyaksikan kerja sama antara DPD RI dengan STIE Indonesia Banjarmasin dalam bidang penelitian, pengabdian masyarakat, dan peningkatan SDM. Kegiatan kuliah umum dilakukan gabungan secara langsung dan virtual.

Secara langsung, kuliah umum dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Hanya sekitar 15 civitas akademika yang hadir, termasuk 3 perwakilan mahasiswa. Sisanya mengikuti kuliah umum secara virtual.

Kekayaan sumber daya alam (SDA) menjadi salah satu materi yang disampaikan LaNyalla saat memberikan kuliah umum. Kuliah yang diberikan LaNyalla adalah mengenai ‘Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkeadilan’.

Pada kuliah umum itu, LaNyalla mengatakan julukan Indonesia sebagai ‘Zamrud Khatulistiwa’ tidaklah berlebihan. “Karena Indonesia memang seperti untaian perhiasan yang terbentang sepanjang garis khatulistiwa di wilayah NKRI. Dan, Kalimantan menjadi salah satu pulau di Indonesia yang dilalui secara tepat oleh garis khatulistiwa, yang menjadikan Kalimantan sebagai titik ekuator Negara Indonesia,” kata dia.

Dijelaskan, hanya ada 13 Negara di dunia yang dilewati garis ekuator ini. Dan, hal itu membawa banyak keuntungan. Pengaruh terbesarnya adalah iklim, cuaca dan intensitas hujan yang cukup sehingga seharusnya membawa kemakmuran.

“Garis khatulistiwa ini semakin mengasah SDA yang ada di Indonesia. Bahkan, SDA Indonesia seakan tidak lekang dimakan zaman, meskipun pernah di eksploitasi besar-besaran sejak era penjajahan Portugis, VOC Hindia Belanda, dan Jepang hingga pengerukan oleh perusahaan nasional dan multi nasional,” tutur LaNyalla.

Menurut dia, tantangan yang harus dihadapi membuat SDA itu mampu mendukung kemakmuran dan kesejahteraan berkeadilan di negeri sendiri.
“Di sini pentingnya kita menggalang kesadaran bersama. Untuk terus bekerja guna berbuat untuk bangsa dan negara ini. Perubahan adalah keniscayaan.”

Ketua Program Magister Manajemen STIE Indonesia Banjarmasin, Ibrahim Daud berterima kasih atas kehadiran LaNyalla beserta rombongan DPD. Mereka juga menyampaikan harapan kepada LaNyalla. “Kami gantungkan harapan untuk membantu kami memfasilitasi dengan pemerintah pusat baik berupa hibah maupun fasilitas dan mendukung status dari STIE menjadi institut bisnis dan teknologi,” harap dia. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait