beritalima.com | Rumah Milenial Indonesia Wilayah Sulawesi Utara (RMI Sulut) mengadakan webinar dengan mengangkat topik ‘Tantangan dan Peluang Kaum Milenial di Era New Normal Pandemi COVID-19’ pada hari Kamis (28/05/2020). Pembicara dalam diskusi daring ini antara lain Putri Pariwisata Indonesia 2016 Lois Tangel, Founder Kawanua Creative Daniel Tampi, Tokoh Milenial Sulut Hizkia Sembel, Sekum PP GMKI David Sitorus, dan Pendiri Rumah Milenial Indonesia Sahat MP Sinurat.
Sebagai pengantar diskusi, Direktur Eksekutif Rumah Milenial Indonesia, Defli Yuandika Ruso menyampaikan bahwa New Normal adalah kondisi dimana pemerintah dan masyarakat akan menjalankan aktivitas normal namun dengan wajib menjalankan protokol kesehatan.
“Kondisi masyarakat saat ini sangat dilema, terkhusus masyarakat yang bekerja di sektor informal sangat terdampak dalam aktivitas ekonomi. Jika kita menjalankan new normal, kepatuhan masyarakat menjalankan protokol kesehatan menjadi kunci keselamatan kita bersama,” jelasnya.
Putri Pariwisata Indonesia 2016, Lois Tangel menekankan bahwa di era new normal generasi milenial harus siap menghadapi perubahan.
“Milenial harus menjadikan teknologi dan internet sebagai sebuah keuntungan untuk mendapatkan pemasukan. Kita harus kreatif dan inovatif mengembangkan potensi kita,” ujarnya.
Founder Kawanua Creative, Daniel Tampi menekankan milenial harus menyesuaikan dan sebisa mungkin mencari solusi kreatif untuk bisa mendapatkan peluang yang baik demi kemajuan bersama.
“Saya dan komunitas Kawanua Creative di masa pandemi ini tetap berusaha untuk produktif mengembangkan UMKM dan ide-ide kreatif,” jelasnya.
Tokoh Milenial Sulut, Hizkia Sembel menegaskan bahwa generasi muda harus segera menyesuaikan diri untuk menghadapi New Normal.
“Seiring berjalannya waktu, generasi milenial tidak boleh sampai ketinggalan dalam perjuangan di masa pandemi, jika tidak ingin pengangguran terjadi dimana-mana,” pungkasnya.
Sekretaris Umum PP GMKI, David Sitorus menjelaskan bahwa di era new normal, terbuka ruang yang luas untuk generasi muda menunjukkan kemampuan dan kompetensinya di organisasi ataupun di ruang publik.
“Tidak ada tempat bagi pemimpin medioker yang tampil dan naik ke panggung hanya karena posisi struktural saja tanpa punya kemampuan dan kompetensi. Justru di era new normal ini, potensi-potensi tersembunyi bisa muncul dan menunjukkan karyanya,” tegasnya.
Pendiri Rumah Milenial Indonesia, Sahat Martin Philip Sinurat menegaskan bahwa di era new normal generasi milenial harus bisa beradaptasi dengan keadaan.
“Hidup harus terus berjalan. Maka mau tidak mau, siap tidak siap, kita harus kembali menjalankan aktivitas kita, berkuliah, bekerja, dan berbagai aktivitas lainnya, namun tetap harus disiplin menjalankan protokol kesehatan. Karena tidak mungkin kita bergantung kepada bantuan sosial selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun,” kata Sahat yang juga merupakan Sekretaris Umum DPP GAMKI.
Menurut Sahat, ada tiga hal yang menjadi kunci berjalannya new normal yakni transformasi digital, kreatif dan kolaboratif, serta disiplin menjalankan protokol kesehatan.
“Kunci menjalani new normal bagi generasi muda adalah transformasi digital, kreatif dan kolaboratif, serta disiplin menjalankan protokol kesehatan. Generasi muda harus tetap produktif dan mengembangkan diri di masa pandemi ini,” pungkasnya.
Menutup diskusi ini, moderator yang juga merupakan Direktur Wilayah RMI Sulut, Marcho Rampengan menyampaikan bahwa generasi milenial harus bisa menjadi penggerak, bukan hanya menjadi penonton di masa saat ini yang penuh tantangan, terlebih dengan adanya COVID-19.
“Generasi muda yang masih memiliki masa depan yang panjang harus tetap optimis menghadapi COVID-19. Kita harus selalu disiplin menjalankan protokol kesehatan dan tetap produktif dalam menjalani era New Normal,” tutupnya.