AMBON – Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (Gugus Tugas Nasional) Doni Monardo menitipkan pesan kepada bupati dan wali kota se-Provinsi Maluku agar dalam upaya pencegahan dan penanganan COVID-19 dapat dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakat dengan pendekatan berbasis kerarifan lokal.
Dalam hal ini, Doni memberikan gambaran bahwa peran antropolog, sosiolog serta tokoh-tokoh adat dan agama dapat menjadi solusi untuk menyampaikan pesan-pesan mengenai COVID-19, sehingga masyarakat tidak mendapatkan informasi keliru dan dapat menyebabkan keadaan semakin fatal.
“Harus berbasis kearifan lokal. Libatkan antropolog dan sosiolog sebagai solusi. Jangan sampai masyarakat mendapat informasi yang keliru,” ungkap Doni dalam kunjungan kerja di Ambon, Maluku, Senin (6/7).
Doni Monardo yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengingatkan bahwa COVID-19 adalah ‘malaikat pencabut nyawa’, khususnya bagi mereka yang termasuk dalam kelompok rentan dan memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
“COVID-19 ini adalah malaikat pencabut nyawa, bagi mereka yang rentan dari segi usia dan memiliki komorbiditas,” kata Doni.
Lebih lanjut, menurut data yang diperoleh Doni, rata-rata penularan COVID-19 terjadi di tengah masyarakat adalah dari mereka yang positif namun tidak memiliki gejala. Oleh sebab itu, dia meminta agar seluruh masyarakat tidak menganggap remeh penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 itu.
“Di Ambon sudah ada 17 warga yang meninggal akibat tertular dari Orang Tanpa Gejala (OTG),” jelas Doni.
Di sisi lain, Doni juga mengajak agar masyarakat dapat bersungguh-sungguh melakukan upaya pencegahan dengan selalu menerapkan protokol kesehatan, mulai dari menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dan menggunakan masker.
Selain itu, Doni juga mengingatkan mengenai pentingnya menjaga imunitas tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, bergizi tinggi dan rutin melakukan olahraga. Hal itu menjadi penting, sebab benteng pertahanan yang pertama adalah masyarakat itu sendiri.
“Dokter dan perawat adalah benteng terakhir, benteng pertama adalah masyarakat,” tegas Doni.
Kemudian, di hadapan para awak media, Doni juga meminta agar media massa, sebagai bagian dari komponen ‘pentaheliks’ penanggulangan bencana alam dan non-alam dapat lebih masif dalam memberikan pengetahuan dan edukasi kepada masyarakat. Sebab, Doni menilai bahwa sebanyak 63 persen keberhasilan edukasi masyarakat justru ditentukan oleh media.
Pada sela-sela kunjungan kerja di Ambon, Gugus Tugas Nasional juga memberikan bantuan untuk penguatan percepatan penanganan COVID-19 di Provinsi Maluku. Penyerahan tersebut dilakukan secara simbolis oleh Ketua Gugus Tugas Nasional Doni Monardo kepada Gubernur Maluku, Murad Ismail.
Adapun sejumlah bantuan tersebut meliputi; monitor pasien 1 unit, ventilator 3 set, humidifier 2 unit, masker non inflasif 2 unit, rapid test antigen (SD biosensor) 1000 pcs, reagen PCR 4.800 tes, RNA 4.800 tes dan VTM + Swab 4.800 tes.
Kemudian alat rapid tes 1000 tes, masker KN 95 1000 lembar, masker bedah 210.000 lembar dan masker kain 45.000 lembar.
Usai melakukan kunjungan kerja di Ambon, Ketua Gugus Tugas Nasional yang juga bersama Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto, Komisi VIII dan IX DPR dan sejumlah jajaran lainnya bergegas menuju Lanud Pattimura untuk kemudian bertolak menuju Ternate dengan agenda kegiatan rapat koordinasi penanganan COVID-19, bersama jajaran pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara.
Adapun kegiatan di Ambon tersebut merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerja Ketua Gugus Tugas Nasional ke sejumlah daerah pada hari kedua, setelah sebelumnya meninjau kesiapan Hotel Grand Surabaya sebagai tempat istirahat dan relaksasi bagi para dokter dan perawat COVID-19 di Surabaya, yang juga dilanjutkan dengan rapat koordinasi bersama 58 Universitas se-Jawa Timur di Surabaya pada Minggu (5/7).