Kurva COVID-19 di Aceh Landai, Yuri: Kunci Keberhasilannya Ada di Masyarakat

  • Whatsapp

JAKARTA – Juru Bicara COVID-19 Achmad Yurianto mengapresiasi masyarakat Aceh atas keberhasilan dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19. Menurutnya kunci penyelesaian masalah COVID-19 di ‘Bumi Serambi Mekkah’ itu adalah adanya masyarakat yang patuh dengan anjuran pemerintah dan melaksanakannya dengan baik.

“Kunci penyelesaian masalah (COVID-19) ini ada di masyarakat. Pemerintah hanya membuat pedoman, ketentuan, anjuran dan ini tidak akan ada hasilnya kalau masyarakat tidak patuh. Kalau masyarakatnya patuh pasti akan bagus. Aceh adalah salah satu provinsi yang luar biasa masyarakatnya patuh ,” kata Yuri di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Minggu (24/5).

Selain itu, Yuri juga menyoroti peran serta tokoh masyarakat Aceh dalam rangka memutus rantai penyebaran COVID-19. Menurutnya para tokoh masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat dan tokoh yang lain menjadi kunci keberhasilan dalam memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat, sehingga dapat menerapkan apa yang menjadi langkah upaya pencegahan penularan virus corona jenis baru itu.

“Pasti ini peran dari tokoh masyarakat, bukan hanya dari peran pemerintah. Tapi tokoh masyarakat memegang peran kunci. Karena saya paham betul masyarakat Aceh itu masyarakat yang masih sangat patuh kepada tokoh-tokoh masyarakat.

Oleh sebab itu, Yuri sangat berterima kasih atas peran tokoh masyarakat Aceh karena telah berpengaruh terhadap upaya melandaikan kurva kasus COVID-19, yang telah dibuktikan melalui data landai.

Karena itu saya sangat berterima kasih kepada para tokoh masyarakat yang ada di sana, karena apa yang telah dilakukan buktinya ya ini, kasus terkendali, penambahan kasus dapat dikatakan tidak ada,” kata Yuri.

Kendati demikian, Yuri juga menuturkan bahwa tantangan terbesar yang harus dihadapi Aceh adalah bagaimana upaya mempertahankan keberhasilan dalam melandaikan kurva dan menaklukan COVID-19. Sebab hingga saat ini masih ada potensi keluar-masuknya warga, baik dari maupun menuju ‘Bumi Rencong’ itu.

“Yang menjadi tantangan adalah, bagaimana mempertahankannya. Karena pasti mobilitas orang itu tidak bisa di Aceh saja. Suatu saat pasti datang juga saudara lain dari luar Aceh.” jelas Yuri.

Oleh karena itu, Yuri mengimbau agar pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan masyarakat dapat mengawasi bersama-sama adanya potensi penularan virus corona baru itu dari luar Aceh.

Selain itu, dia juga mengajak agar warga Aceh dapat mulai menerapkan _New Normal_ dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, seperti selalu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, tetap tinggal di rumah dan jaga jarak aman.

“Bukan kita tolak, tapi kita awasi bersama dan kita ingatkan secara bersama-sama. Bahwa kalau kemudian pola hidup (_new normal_)yang baru ini tidak diterapkan nanti bisa muncul kasus baru lagi,” kata Yuri.

Lebih lanjut, Yuri juga meminta agar daerah lain dapat meniru apa yang telah berhasil dibuktikan Aceh. Kendati setiap daerah tentunya memiliki dinamika yang berbeda, namun dia percaya bahwa peran serta tokoh masyarakat sebagai seseorang yang memiliki wibawa, dihormati dan membawa pengaruh di suatu wilayah dapat menjadi kunci keberhasilan.

“Yang sama adalah bagaimana peran tokoh masyarakat. Itu yang sama. Di mana-mana sama. Karena tokoh masayarakat ini memiliki wibawa sangat besar kepada masyarakat,” tutup Yuri.

Sebagai informasi, Provinsi Aceh menjadi salah satu wilayah yang tidak melaporkan adanya penambahan kasus COVID-19 sejak beberapa hari terakhir.

Adapun kasus COVID-19 di Aceh per hari ini Minggu (24/5) adalah 19 kasus, di mana 17 sudah dinyatakan sembuh, 1 orang masih dalam perawatan dan 1 orang meninggal dunia.

Sementara itu jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) ada sebanyak 2.013 orang, yang mana 58 masih proses pemantauan dan 1.955 sudah selesai. Kemudian Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dilaporkan ada sebanyak 101, dimana 100 orang sudah dipulangkan dalam keadaan sehat dan 1 meninggal dunia.

Data itu terhitung sejak laporan pertama kasus COVID-19 di Aceh pada Jumat (27/3) sebagai kasus ke-826 secara Nasional.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait