SAMPANG, beritalima.com – Pelayanan Klinik Utama Nindhita yang terletak di Jalan Syamsul Arifin no 5 Kabupaten Sampang dilaporkan kacau, seorang keluarga pasien memprotes kebijakan klinik swasta tersebut dikarenakan mengutip biaya proses persalinan sebesar Rp1,2juta.
Kejadian ini menimpa pasien Yemih warga Dusun Butbut Barat, Desa Nyeloh, Kecamatan Kedungdung. Kepada beritalima.com, keluarga pasien Saeri mempertanyakan pengutipan uang persalinan keponakannya itu sebanyak Rp 1,2juta, Kamis (04/08/2016).
Saeri menceritakan ikhwal peristiwa tersebut yang menimpa keluarganya, pada saat itu keponakannya yang mau melahirkan dibawa ke RSUD setempat, Namun pihak RSUD merujuk pasien ke Klinik Utama Nindhita dan dikenai tarif persalinan sebesar Rp 7,800 juta. Namun setelah pasien hendak pulang, Yemih di bebani biaya tambahan sebesar Rp 1,2juta, hingga total biaya bersalin sebesar Rp 9 juta.
“Pada saat perawatan, pihak Klinik memang mendapat persetujuan dari pihak keluarga pasien. Akan tetapi pihak keluarga tidak tahu kalau perawatan tersebut ada tambahan biayanya, dari pihak Klinik juga tidak menjelaskannya,” jelas pria yang juga seorang Aktivis tersebut.
Lanjut Saeri, pihak keluarga pasien merasa keberatan adanya biaya tambahan yang dibebankan tersebut. Diperkirakan tarif yang sudah di sepakati diawal tersebut sudah tidak ada beban biaya lain yang harus di tanggung. Karena merasa keberatan, kemudian pihak keluarga komplain untuk meminta penjelasan atas adanya biaya tambahan tersebut.
“Ini jelas sangat mencekik masyarakat kita. Saat saya tanya apakah ini sudah benar biayanya, kata perawat itu sudah sesuai standar,” ujarnya menirukan percakapan dengan pihak klinik.
Dikatakannya, Sudah seharusnya ini menjadi perhatian kita semua, jangan sampai klinik yang ada ini mencekik masyarakat kita terutama dalam masalah pelayanan kesehatan. Seharusnya yang sewajarnya, di Sampang ini kan tidak semua masyarakat sanggup membayar sebesar ini.
“Munculnya persoalan ini akibat dari minimnya informasi atau kurang transparannya pihak Klinik kepada pasiennya. Dimana pihak Klinik tidak menjelaskan secara rinci pembiayaan pasien apabila pasien tersebut dirawat dengan perawatan yang lebih baik,” tegasnya.
Saeri berharap, kejadian tersebut tidak terjadi lagi pada pasien lainnya di klinik Utama Nindhita. Oleh sebab itu, kasus ini perlu jadi bahan evaluasi dari Dinas Kesehatan.
“Jika kejadian seperti itu terus terulang, kasihan para pasien, terutama dari kalangan kurang mampu,” pungkasnya.
Sementara itu upaya konfirmasi yang lakukan media ini dengan Direktur Klinik Utama Nindhita sedang bepergian ke luar kota. (Dus)