SURABAYA, BeritaLima – Menindaklanjuti instruksi dari Presiden Lira HM. Jusuf Rizal, untuk menggelar nonton bareng film G30/S-PKI diseluruh jajaran se Indonesia.
LIRA Jatim beserta seluruh jajaran DPD LIRA se Jawa Timur akan menggelar nonton bareng, kegiatan tersebut akan digelar pada Sabtu (30/9) malam pekan depan.
Hal itu ditegaskan oleh Gubernur Lira Jatim Irham Maulidy “Kami sudah intruksikan juga ke jajaran dibawah untuk menggelar acara serupa”.
Irham menambahkan, acara Nobar ini penting untuk dilakukan agar generasi saat ini tau akan sejarah penghianatan yang telah dilakukan oleh PKI dan antek anteknya. “Waktu kecil, sekitar tahun 1985an saya selalu diajak abah saya nonton film G30/S-PKI melalui layar TVRI, film nya diputar tengah malam setiap tanggal 30 September” Irham melanjutkan, “memang ngeri dan menakutkan saat melihat film tersebut, akan tetapi hikmahnya banyak, karena sejak kecil kita jadi faham tentang sejarah kelam bangsa ini, bahwa PKI merupakan ancaman serius bagi kedaulatan NKRI” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Walikota Lira Probolinggo Eko Prasetyo, “kami akan laksanakan instruksi DPP dan DPW untuk menggelar Nonton Bareng film G30/S-PKI” seraya diamini oleh Bupati Lira Probolinggo H. Syamsudin SH.
Gonjang-ganjing tentang bangkitnya PKI di Indonesia, berikut Mengutip pernyataan Prof. Dr. Aminudin Kasdi Ahli Sejarah Unesa Surabaya dalam keterangan tertulisnya yang tersebar di berbagai Group Whats app, “Sebenarnya kami dari ummat Islam khususnya telah sejak semula memaafkan eks PKI dan tidak mempermasalahkan dimana, jadi apa mereka, apalagi semenjak Reformasi semua hak-hak mereka telah dipulihkan.
Prof. Aminuddin menambahkan, Coba mari diamati, apakah ada yang ngutik-utik Dr. Ribka Ciptanin P menduduki berbagai jabatan dlm pemerintahan ? Bahkan tulisannya AKU BANGGA JADI ANAK PKI juga tidak ada yang mempermasalahkan ! Semua pemberontakan yg pernah terjadi seperti PRRI, Permesta, DI/TII, dll. apakah ada yang menuntut reparasi, kompensasi, rehabilitasi bahkan menuntut Pemerintah/Presiden untuk meminta maaf ? Bahkan tatkala para peimpin bangsa dan ulama dipenjarakan olen Rezim Soekarno tanpa proses peradilan juga tidak bereaksi aneh-aneh? Apa kita pernah mendengar PKI pernah mengakui kesalahan dan minta maaf dalam Peristiwa Madiun 1948, Kanigoro 13 Januari 1965, berbagai aksi sepihak khususnya PKI/BTI yg merebut tanah wakaf milik berbagai masjid & pesantren, juga telah memfitnah para kyai, haji dan guru mengaji sebagai 3 dari tujuh setan desa, penayangan ludruk/kethoprak
yang menyakitkan hati ummat Islam seperti lakon Matine Gusti Allah, dan dlm G 30 S/PKI 1965 boro-boro minta maaf/mengakui salah dll.
Juga kebohongan-kebohongan yg dilakukan dalam ILC 19.09.017 oleh Sukmawati, Bejo Untung dan Ketua Komnas HAM ? Memang kalau berjiwa munafik senantiasa punya sifat dalam hadis Nabi “bila berkata bohong, bila diberi amanah (al. dlm Nasakom) berkhianat, dan bila berjanji senantiasa ingkar janji” sebaliknya eks PKI menuduh pihak yg berseberangan sebagai kambing hitam.
Semuanya oleh ummat Islam dianggap biasa, karena para Nabi dulu ya mengalami seperti itu. Tetapi tuntutan eks PKI, Pemerintah untuk minta maaf kpd mereka. Dari pengalaman yang lalu bila dikabulkan akan berbuntut panjang. Itu yg mereka lakukan sejak Reformasi, bukannya bersyukur hal-hal yang telah mereka peroleh.
Suatu misal tuntutan untuk rehabilitasi dan pencabutan Tap MPRS/XXV/1966 mau dilaksanakan ? Silahkan ! Karena akan berlaku hukum Tuhan “…Apabila Allah telah menghendaki bersabdalah Dia “Jadilah” maka Jadilah”. Insya Allah saya pribadi dan juga teman-teman se iman bersyukur dlm masalah ini bila rekonsiliasi dapat terwujud tanpa “NGUNDOMO-NO MASA LALU” kata PBR Bung Karno Jas Merah. Pungkas Profesor ahli sejarah ini.(Ass)