Laporan: Saiful safrudin, Jailolo
Kalimat diatas sengaja ditulis, sebab sudah lama menanti baru muncul kembali.”ikan Bubara” dengan jumlah yang cukup banyak (Kawang) yang sudah jarang ditemukan, tapi kini “Berpestapora” menyisiri perairan laut Teluk Jailolo (Desa Tuada).
Ikan Bubara dan Sejenis ikan lainnya merupakan sumber utama penghasilan nelayan desa Tuada, komoditas laut inilah yang telah menghidupi warga semenjak nenek moyang mereka menginjakkan kaki di daratan Halmahera dan membangun pemukiman di pesisir pantai yang akhirnya di namakan Tuada.
Penghasilan nelayan dalam sekali tangkap rata-rata mencapai angka Rp. 2.000.000 dengan jumlah hasil tangkapan dalam sekali berkisar dari 500 sampai 600 ekor ikan segar. Dari penjualan hasil tangkapan inilah, warga desa Tuada mencukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Sehingga dapat dikatakan bahwa warga masyarakat Tuada sepenuhnya menggantungkan hidupnya dari hasil laut.
Namun hasil laut yang menjadi harapan hidup warga telah pudar semenjak 5 (lima) tahun silam sempat menghilang atau menjauh dari pesisir pantai, Tepatnya di awal Oktober 2011. Penyebab menghilangnya hasil tangkapan utama warga nelayan ini adalah maraknya pemboboman dan racun (potas) dari tangan – tangan yang tidak bertanggung jawab sehingga terumbu karang jadi rusak, serta bibit – bibit ikan di wilayah Kecamatan Jailolo mulai berkurang, membuat pendapatan nelayan makin tipis.
Disepanjang bibir pantai Tuada, dan menyebabkan air laut pada lima tahun silam menjadi keruh. Hal ini menyebabkan jaring nelayan yang di tebar di pesisir pantai telah jarang memperoleh ikan dengan jumlah yang lebih banyak sesuai harapan.
Dan Inilah kenapa jumlah jenis ikan yang menjadi komoditas utama nelayan Tuada menghilang dari tahun lalu hingga akhirnya kembali terjaring oleh jaring nelayan pada Selasa pagi tanggal 11 November 2016.
Pagi tadi, kondisi pantai Tuada seperti dilemparkan kembali ke lima tahun lalu, sebelum hasil pemboboman dan racun atau dikenal dengan nama potas itu, yang telah mencemari pantai mereka. Warga mayarakat begitu gembira dan bahagia mendapati kabar yang setia menanti kembali hadirnya ikan ke pantai mereka. Mengabarkan bahwa ikan telah terlihat berkerumun di laut. Jaring-jaring pun ditebarkan oleh tidak kurang dari sepuluh perahu nelayan, dan luar biasa, ribuan ekor ikan terjaring.
Hasil tangkapan, berhasil diseret ke tepi pantai. Luapan kegembiraan dan aroma persaudaraan tiba-tiba merebak di pesisir pantai Tuada. Betapa tidak, pun diberi kabar bahwa jaring nelayan telah kembali berhasil menjaring ikan setelah kosong melompong dan hanya menjaring karang rusak yang sudah bertahun – tahun lamanya.
Dengan seirama berdayun – dayun para nelayan berkerumun di pesisir pantai berbagi kebahagian, rasa syukur, dan sukacita setelah lima tahun silam, yang telah melimpahkan bencana kepada mereka yang menyebabkan mereka terancam kehingan mata pencaharian. Peluk bahagia dan tangis haru, sempat mewarnai suasana pagi saat melihat nelayan-nelayan yang melaut kembali dengan jaring penuh terisi ikan hingga menggunung ke atas perahu.
Rasa sukur dan bahagia ini juga di wujudkan dalam bentuk membagi ikan secara gratis kepada warga desa setempat, yang hadir di pesisir pantai pada saat itu.
“Siapa saja yang hari ini ada di pantai itu, bersama – sama bergotong royong membuka ikan dari jarring (soma). Maka itu sudah menjadi miliknya,”demikian isntruksi Bapak Said yang merupakan salah satu nelayan, yang saat itu perahunya juga penuh dengan jaring yang terisi ikan, dan di iyakan oleh nelayan lainnya.
“Ini dia punya bukti, kenapa kami berjuang mati-matian tolak pemboboman ikan dan potas. Dulu sebelum adanya tangan – tangan yang tidak bertanggungjawab ini, hampir stiap hari memperoleh penghasilan ikan sebanyak bagini,”cibir sejumlah warga setempat, berlinag air mata.
Sementara Kepala Desa Tuada Iksan faruk kepada beritalima.com, Rabu (2/11), mengisahkan, tentang hasil tangkapan beserta penghasilan yang diproleh dari hasil tangkap dan hasil menjual ikan. Apalagi, ikang itu satu kali menjaring (basoma) itu bisa dapat 500 sampai 600 ekor. Jika kondisi cuaca membaik, maka bisa penghasilan itu bisa lebih banyak lagi.
Lanjut Iksan, harga ikan juga akan disesuaikan dengan banyaknya ikan maupunkondisi harga di pasaran. Itu sesuai hasil yang ia Dari hasil yang diekatuinya dari para nelayannya dan pedagang, dan harganya sudah murah. Karena demi memenuhi kebutuhan dapur, dan biaya anak sekolah.
Menurutnya, dengan kondisi seperti maka perlu diberi perhatian penuh untuk terus di rawat untuk masa depan anak cucu kedepan yang akan menikmatinya. Apalagi, ikan yang didapat didominasi ikan Bubara, serta tingkat harganya cukup fantastic di kabupaten Halmahera barat,”imbuhnya.
Untuk itu, Lanjut Iksan, nelayan Tuada juga harus menjadi perhatian pemerintah kabupaten Halmahera Barat (Halbar), Maluku Utara (malut), mulai dari alat tangkap, jarring dan bodi ukaran 3 GT maupun 5 GT untuk diberikan kepada nelayan agar menjadi dukungan dalam penang[disingkat oleh WhatsApp]
Untuk itu, Lanjut Iksan, nelayan Tuada juga harus menjadi perhatian pemerintah kabupaten Halmahera Barat (Halbar), Maluku Utara (malut), mulai dari alat tangkap, jarring dan bodi ukaran 3 GT maupun 5 GT untuk diberikan kepada nelayan agar menjadi dukungan dalam penangkapan ikan,”pintanya. (@ssd)