JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyampaikan pentingnya Indonesia memiliki kemandirian dan kedaulatan pangan. Sebab, pandemi Covid-19 berdampak pada krisis pangan berkepanjangan sebagaimana disampaikan Food and Agriculture Organization (FAO) atau Badan Pangan Dunia
Itu disampakan LaNyalla saat menjadi menjadi pembicara kunci (keynote speaker) pada Tasyakuran Panen Raya Porang Nasional 2021 dan Focus Group Discussion (FGD) ‘Porang Komoditas Nusantara Menembus Pasar Dunia’ yang diselenggarakan Himpunan Petani dan Pengusaha Porang Nusantara (Hipppora) di Pendopo Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, pertengahan pekan ini.
Secara khusus LaNyalla mengutus Ketua Komite III DPD RI, Prof Dr Sylviana Murnig merupakan mitra Kementerian Pertanian untuk hadir di acara tersebut. “Semua negara berupaya memperkuat ketahanan pangan. Karena tantangan masa depan, yang ditandai dengan era Disruptif di semua lini dan ancaman Perubahan Iklim Global harus dijawab dengan hal itu,” kata LaNyalla.
Menurut LaNyalla, porang sebagai produk tanaman pangan adalah produk strategis sepanjang masa. Keberadaannya selain mendukung ketahanan pangan juga menjadi menjadi salah satu penyumbang pendapatan negara.
Berdasarkan data Badan Karantina Pertanian, jumlah ekspor komoditas porang semester pertama 2021 mengalami peningkatan 160 persen dibandngkan semester pertama 2019. Tujuan utama ekspor ke Tiongkok, Vietnam, Thailand, Jepang, Korea dan beberapa negara di Eropa.
“DPD RI sangat mendukung secara masif budidaya tanaman Porang yang memiliki keunggulan kompetitif iklim tropis. Apalagi Kementerian Pertanian berkomitmen melakukan peningkatan ekspor tanaman porang di pasar global karena komoditas ini punya beragam potensi untuk jadi primadona di pasar ekspor,” LaNyalla.
Umbi porang bernilai ekonomis tinggi dan berfungsi sebagai bahan baku berbagai macam industri seperti industri makanan, kosmetik, farmasi, kimia dan pembuatan kertas serta industri lainnya.
LaNyalla mengingatkan agar Hippora memperhatikan yang disampaikan Presiden Jokowi saat berkunjung ke Sentra Porang di Madiun beberapa waktu lalu. Presiden meminta porang tidak lagi diekspor dalam bentuk umbi. Tetapi harus dalam bentuk olahan, atau produk turunan.
“Kita berharap Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian dengan melibatkan Hippora melakukan sinergi untuk secara cepat menjawab arahan Presiden tersebut. Artinya produk olahan atau produk turunan dari Porang harus menjadi road map untuk peningkatan nilai tambah Indonesia.”
Menurut LaNyalla apa yang dikatakan Presiden memang benar. Jika Indonesia tidak memulai membuat produk olahan porang, nantinya bisa kalah dengan negara lain. Sebab, sejarah mencatat, Korea Selatan pernah melakukan penelitian sejumlah produk hayati di hutan Indonesia, terutama tanaman-tanaman herbal. Hari ini, Korea Selatan menjadi salah satu negara yang memimpin produk-produk obat herbal dari sumber hayati dan hewani.
“Begitu juga Thailand, di tahun 80-an, saat kita swasembada beras, mereka belajar ke sini. Termasuk meminta contoh beberapa Varietas beras kita. Dan hari ini Thailand menjadi eksportir beras. Kemudian ada Vietnam yang pernah belajar di sentra Pembudidayaan Udang di Dipasena, Lampung. Kini mereka salah satu negara eksportir Udang besar di dunia. Ironisnya, tambak Dipasena hari ini dalam kondisi hidup segan mati tak mau,” demikian AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (akhir)