JAKARTA, Beritalima.com– Dalam kunjungan kerja di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meletakan batu pertama pembangunan kembali Istana Uma Batu Kerajaan Termanu, Rote Ndao akhir pekan ini.
Peletakan batu pertama pembangunan kembali Istana Uma Batu, disaksikan Vicoas Trisula Pati Amalo dan Actry Mevi Amalo sebagai Manek atau raja beserta permaisuri kerajaan Termanu.
Selain itu, hadir juga Senator Bustami Zainuddin (Lampung), Andi Muh Ihsan (Sulsel) dan Angelius Wake Kako (NTT), Sekjen Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) Yani WS Koeswodidjoyo dan Ketua Tim Pokja Kerajaan Nusantara Yurisman Star.
LaNyalla prihatin dengan kondisi Istana Uma Batu saat ini. “Istana Uma Batu cukup mewakili sejarah di Pulau Rote. Namun, kondisinya sudah rusak. Dengan pembangunan itu, kita berharap istana ini dilestarikan dan dijaga. Pembangunan yang dilakukan pun tidak boleh menghilangkan nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya.”
Dia juga berharap ada semangat baru bagi masyarakat Pulau Rote jika istana selesai dibangun. “Mudah-mudahan dengan peletakan batu pertama dan jika istana ini selesai dibangun, ada semangat baru, ada kebangkitan kembali istana di Rote ini,” kata dia.
Raja Termanu menyambut antusias pembangunan kembali Istana Uma Batu. “Bukan kebetulan, waktu kami dilantik Desember. Kami sempat sharing kepada saudara semua, kami ini ibarat mengumpulkan kembali reruntuhan yang bercerai berai dan berserakan untuk dikumpulkan menjadi satu. Dan, itu bukan sekedar fisik, tapi juga keluarga serta juga adat budaya. Kita bersyukur kita masih kuat,” kata dia.
Raja Vicoas mengatakan, genteng Uma Batu yang rusak ternyata pernah diamankan dan dikoleksi Pastor Leatner, seorang kolektor dari Austria. “Kami tidak tahu ceritanya, tapi kami dengar lagi dia di Sabu. Suatu kali kami mencari pastor dan kami menginap di Sabu,” terang dia.
Saat bertemu, Leatner mengaku sudah tidak menyimpan genteng Uma Batu. Namun, pastor yang sudah mendedikasikan hidupnya di Rote 37 tahun itu mengaku berusaha menyelamatkan karena atapnya sudah mulai roboh.
“Dia menyelamatkan dan dia beli genteng itu terus dikirim ke Sabu untuk dibuat jadi gereja. Dan waktu saya berkunjung gereja ini sudah dipugar, dibongkar akhirnya menjadi besar. Tapi saya tidak tahu gentengnya masih ada apa tidak. Tapi dia (pastor) bilang saya menemukan sekitar 800 lembar genteng,” kata dia. (akhir)