Latihan Bersama antara Pasukan Operasi Khusus TNI dengan Pasukan CTOC Royal Thai Armed Force (RTAF), dengan sandi KRIS-I 2016 harus tertib, lancar dan aman. Demikian penekanan Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa selaku Komandan Latihan dihadapan para pelaku Latma, bertempat di Ruang Kelas Stand By Force PMPP TNI, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/11/2016).
Lebih lanjut Wadanjen Kopassus mengatakan kepada personel Latma, latihan harus tertib yaitu tertib adminstrasi; tertib sesuai peraturan TNI serta semua personel latihan mengetahui etika/aturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis dan hubungan antar personel dekat tetapi bisa menempatkan diri. Kemudian latihan harus lancar yaitu semua personel harus mengetahui tugas dan jadwal kegiatan semua personel harus menguasai materi dan setiap kegiatan dir encanakan dengan detail.
Selanjutnya latihan harus aman yaitu semua personel harus menguasai prosedur keamanan; membuat antisipasi faktor kritis dalam setiap kegiatan; mengecek alat perlengkapan yang digunakan layak dan siap digunakan; dan tingkatkan kepedulian disertai doa.
“Tingkatkan kepedulian personel terhadap kebersihan lingkungan di daerah latihan; pahami dan pelajari budaya serta karakter masing-masing; dan saling bertukar informasi tentang pengalaman tugas,” pungkas Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa.
Adapun tujuan latihan adalah untuk meningkatkan kerja sama, interoperabilitas dan kesepahaman pasukan TNI dengan RTAF CTOC di dalam menanggulangi aksi terorisme yang melibatkan kedua Negara, dengan materi latihan meliputi Subject Matter Expert Exchange (SMEE) dan Table Top Exercise (TTX) serta Manuver Lapangan.
Materi latihan SMEE, diantaran ya analisa skenario latihan termasuk analisa dan Standar Operating Procedure (SOP); pengembangan skenario dan analisa kekuatan kawan dalam pelaksanaan latihan. Kemudian materi latihan TTX meliputiperumusan; penganalisa an dan olah yudha cara bertindak;pengambilan keputusan cara bertindak yang terbaik; merumuskan bersama konsep umum operasi; pengujian rencana penanggulangan teror gabungan melalui metoda TTX; dan pelaksanaan komando dan kendali taktis.
Sedangkan Manuver Lapangan mel iputi Field Integration Training (FIT) dan Full Mission Profile (FMP). Materi Manuver Lapangan secara teknis diantaranya, mobilisasi udara; fast roping; rapelling; method of entry; penembak runduk dan explosive ordonancedisposal (penjinak bahan peledak. Secara taktis diantaranya,pembebasan sandera di gedung; raid penghancuran; perebutan cepat; patrol pengintaian jarak jauh; penyekatan dan evakuasi sandera.
Sasaran latihan tersebut meliputi : terciptanya hubungan antar prajurit dan kerjasama yang semakin erat antara Pasukan Operasi Khusus TNI dengan RTAF CTOC, terwujudnya kesepahaman dalam pelaksanaan latihan maupun operasi gabungan Pasukan Operasi Khusus TNI dengan RTAF CTOC, terlaksananya pertukaran informasi antar prajurit Pasukan Operasi Khusus TNI dengan berdasarkan pengalaman tugas dan pelatihan yang diperoleh dan terwujudnya peningkatan kapabilitas kedua Pasukan Operasi Khusus melalui pelaksanaan Latma dihadapkan pada penugasan misi-misi Gultor.
Materail yang digunakan dalam Latma KRIS-1 diantaranya Combat Shirt; Overall; Senjata MP-5, Shotgun, AX-338; Amunisi Bahan Peledak; Alat Optik; Alat Komunikasi berupa Handy Talkie danRepeater; Alat Perlengkapan Fast Roping dan Rapelling; Peta (Ciawi 37/XVIII-A); GPS, Kompas dan Navigasi; serta alat perlengkapan perorangan lainnya.
Sementara, Alutsista yang dikerahkan meliputi 1 (satu) unit Helly Super Puma; Kendaraan Taktis diantaranya, 2 (dua) Bus Master; 3 (tiga) Kendaraan Hilux; 1 (satu) Kendaraan Tangga; 1 (satu) Kendaraan Penjinak Bahan Peledak; 3 (tiga) Unit Truk; 1 (satu) UnitAmbulance dan 3 (tiga) Unit Motor. Jumlah pelaku yang terlibat sebanyak 87 orang, terdiri dari 44 Pasukan Anti Teror TNI dan 43Pasukan CTOC Royal Thai Armed Forces serta melibatkan 78 personelTNI sebagai pendukung.