Jakarta, beritalima.com| – Anggota Komisi I DPR RI H.Sukamta mendukung rencana Pemerintah untuk Indonesia bergabung dalam aliansi ekonomi BRICS Plus.
Masuknya Indonesia sebagai mitra kelompok kekuatan ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) dinilai bisa membuka berbagai peluang strategis termasuk dalam isu geopolitik global.
“Keanggotaan BRICS tidak hanya tentang keuntungan ekonomi, tetapi juga geopolitik. Di tengah ketegangan geopolitik global dan kompetisi ekonomi antara negara-negara besar, Indonesia perlu menjaga keseimbangan,” kata Sukamta, (29/10).
Keinginan agar Indonesia masuk dalam aliansi tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Sugiono yang diutus Presiden Prabowo Subianto untuk mengikuti KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, pekan lalu. Dengan disampaikannya secara resmi, Indonesia, kini dalam posisi menunggu apakah negara-negara anggota BRICS bersedia menerima.
Menurut Sukamta, bila resmi bergabung dengan BRICS, hal tersebut memungkinkan Indonesia memperkuat hubungan dengan negara-negara berkembang sambil tetap mempertahankan kemitraan strategis dengan Barat.
“Upaya ini sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di panggung ekonomi global,” tuturnya.
Menurut Sukamta, Indonesia memang seharusnya terus memperluas kerja sama internasional dan memperkuat posisinya dalam berbagai forum ekonomi dunia. Maka inisiatif agar Indonesia bergabung dalam BRICS memberikan peluang besar.
“Namun Indonesia juga harus tetap menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan mitra-mitra tradisional di Barat, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ini penting agar kita bisa mengoptimalkan manfaat dari berbagai kerjasama yang ada,” tambah Sukamta.
Anggota Komisi I DPR yang membidangi urusan hubungan luar negeri itu pun merinci sejumlah peluang yang bisa didapat Indonesia bila bergabung dengan BRICS. Salah satu peluangnya adalah peningkatan investasi asing ke Indonesia.
“Seperti memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan aliran investasi asing, terutama dari negara-negara seperti China dan India. Juga membuka jalan bagi transfer teknologi dan inovasi yang bisa mendukung pembangunan infrastruktur dan industri dalam negeri,” ungkap Sukamta.
Jurnalis: Rendy/Abri