Legislator Ingatkan Koperasi Desa Merah jangan Jadi Monopoli Baru

  • Whatsapp
Legislator Ingatkan Koperasi Desa Merah jangan jadi monopoli baru (foto: Rendy)

Jakarta, beritalima.com – Legislator dari Komisi VI DPR RI Ahmad Labib ingatkan agar keberadaan Koperasi Merah Putih nantinya jangan menjadi monopoli baru.

“Ekonomi koperasi itu sejak dulu dianggap paling cocok dengan semangat komunal bangsa kita. Tapi kini kita lihat praktiknya tidak selalu mencerminkan nilai-nilai tersebut,” ujar Labib dalam sebuah sesi wawancara singkat saat rapat Badan Legislasi DPR RI (25/6).

Menurutnya, meskipun Indonesia kini hidup di era demokrasi liberal, semangat komunal masyarakat masih kuat, dan koperasi semestinya menjadi bentuk usaha yang paling relevan. Namun, dalam perjalanannya, koperasi kerap menghadapi masalah, baik dalam tata kelola maupun dalam distribusi manfaat bagi masyarakat.

 

Politisi dari Fraksi Golkar ini menyinggung kemunculan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang sempat dianggap sebagai alternatif ekonomi di pedesaan. Namun menurutnya, banyak BUMDes yang justru menimbulkan oligarki baru di tingkat desa.

“BUMDes yang sukses seringkali dikelola segelintir elit desa. Ini bisa menjauhkan masyarakat dari kesejahteraan. Bahkan, ketika koperasi dimunculkan sebagai tandingan atau pelengkap, jangan sampai justru menjadi bentuk monopoli baru,” tegasnya.

Ia juga mengkritik kondisi faktual banyak koperasi di perkotaan yang ternyata hanya menjadi formalitas dengan keanggotaan semu. “Koperasi itu seharusnya milik bersama, tapi banyak koperasi yang kendalinya justru di tangan pemilik modal perorangan. Akhirnya, anggota hanya jadi pelengkap administrasi,” imbuhnya.

Labib mengingatkan agar inisiatif Presiden Prabowo melalui program Koperasi Desa Merah Putih tidak berakhir hanya sebagai proyek legalitas. “Pendaftarannya memang cepat, target 80 ribu koperasi, tapi jangan berhenti di legalitas. Yang paling penting adalah SDM dan budaya bisnisnya,” kata Labib.

Ia mengusulkan agar program tersebut menggandeng perguruan tinggi untuk menyiapkan kader koperasi dari kalangan mahasiswa. “Mahasiswa desa yang paham manajerial, demokrasi, dan bisnis bisa jadi ujung tombak. Kalau dikelola generasi tua tanpa pelatihan, apalagi dihadapkan pada persaingan dengan entitas besar seperti Alfamart, koperasi bisa kalah saing,” ungkapnya.

Jurnalis: Rendy/Abri

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait