Lepas Profesi Guru, Sahroni Sarjana Asal Banyuwangi Sukses Jadi Tukang Sampah

  • Whatsapp
Foto: Menjadi pengajar disekolah mengundurkan diri memilih menjadi pemulung. (Doc, Istimewa)

BANYUWANGI,Beritalima.com – Tak banyak orang berani mengambil langkah besar seperti Ahmad Sahroni (35). Lulusan sarjana pendidikan asal Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi ini rela menanggalkan profesi guru demi menekuni pekerjaan yang kerap dipandang sebelah mata: menjadi tukang sampah.

Bagi Sahroni, keputusan itu bukan tanpa alasan. Gaji guru yang pas-pasan membuatnya banting setir mengais rezeki dari sampah. Hasilnya justru mengejutkan. Dari jasa pungut sampah, pemilahan, hingga pengolahan sampah organik, ia mampu meraup penghasilan bersih sekitar Rp5 juta per bulan.

Bacaan Lainnya

“Sampah ini (hasilnya) dari iuran warga, pemilahan sampah untuk dijual kembali, sampai pembuatan pupuk cair organik. Kalau ditotal bisa mencapai Rp5 juta,” ungkap Sahroni,

Foto: Ahmad Sahroni sarjana pendidikan memilih menjadi pemulung. (Doc, Istimewa)

Setiap bulan, sedikitnya 2 ton sampah ia olah menjadi produk bernilai. Sampah anorganik dipilah untuk dijual kembali, sementara sampah organik ia sulap menjadi pupuk cair, pupuk padat, hingga pakan magot.

Awalnya, pilihan Sahroni menuai pertentangan, terutama dari keluarga yang tak rela ia meninggalkan profesi guru. Namun seiring waktu, hasil yang ia peroleh membuat keluarga luluh dan mendukung penuh.

“Karena sudah tahu hasilnya dan juga bisa membantu masyarakat, akhirnya keluarga memaklumi. Alhamdulillah sekarang sudah terbiasa,” katanya.

Perjalanan Sahroni berawal dari pekerjaan sampingan. Namun semakin banyak pelanggan yang menggunakan jasanya, waktu mengajar mulai terganggu. Hingga akhirnya, alumni Universitas Muhammadiyah Jember itu memutuskan fokus penuh menjadi tukang sampah.

“Daripada mengganggu jam mengajar, lebih baik saya fokus di sini. Toh, dari kerjaan ini saya bisa berbuat sosial dan ikut mengatasi problematika sampah di desa,” ujarnya.

Foto: Ahmad Sahroni saat mengambil sampah di perumahan. (Doc, Istimewa)

Tak puas hanya menjadi pengepul, Sahroni kini tengah merintis sebuah gerakan bernama Fasco Recycle. Komunitas ini menggandeng mahasiswa untuk berkolaborasi mengolah sampah menjadi produk bernilai jual, seperti pot bunga, asbak dari pampers bekas, lilin aroma terapi dari minyak jelantah, hingga pestisida organik.

“Produk-produk ini bukan hanya bernilai ekonomis, tapi juga mengurangi timbunan sampah rumah tangga. Harapannya bisa jadi pilot project pengolahan sampah di Banyuwangi,” jelasnya.

Bagi Sahroni, sampah bukan lagi sesuatu yang menjijikkan, melainkan berkah yang mampu mengubah hidup sekaligus memberi manfaat bagi masyarakat luas. (Red//B5)

beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait