SURABAYA, beritalima.com – Kopilaborasi merupakan salah satu program kerja 99 hari pertama Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa bersama Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak. Melalui acara ini, pemerintah ingin menyerap ide dan aspirasi, sekaligus membangun kecintaan dan kebangaan masyarakat terhadap produk kopi asli Indonesia, khususnya Jatim.
“Acara ini bukan hanya untuk berdiskusi tentang pembangunan, tapi juga menanam rasa cinta terhadap kopi Jatim. Saya ingin orang ingat Jawa Timur ingat kopi, ingat kopi ingat Jawa Timur,” kata Wagub Emil saat membuka Kopilaborasi di Hotel Singgasana Surabaya, Kamis (21/3) malam.
Wagub Emil mengatakan, kecintaan dan kebanggaan terhadap kopi asli Jatim harus terus dibangun. Sebab, Jatim merupakan surganya kopi, dimana berbagai jenis kopi ada di provinsi ini, seperti robusta, arabika, luwak, dan lainnya. Berbagai jenis kopi tersebut tumbuh subur karena di Jatim memiliki banyak gunung, seperti wilis, arjuno, kawi, bromo, semeru, argopuro, dan lainnya.
“Jadi potensinya sangat besar karena kita diberkahi gunung-gunung dengan habitat luar biasa untuk menanam kopi,” katanya sembari menambahkan, tiap-tiap lereng gunung tersebut memiliki karakter dan keunikan rasa kopi yang bervariasi, sehingga dapat menjadi ruang kreativitas para pembudidaya kopi untuk menciptakan karakter kopi yang spesial.
Salah satu pasar kopi yang ingin digarap, lanjut Wagub Emil, adalah pasar kopi 3.0, yakni pasar untuk kopi spesial atau speciality coffee. Dijelaskannya, kopi 3.0 ini berbeda dari kopi 1.0 yang diminum biasa tanpa ada tambahan apapun, dan kopi 2.0 yang merupakan kopi dengan tambahan ornamen tertentu.
“Kopi 3.0 memerlukan effort tambahan, dan tidak semua biji kopinya bisa dipilih, jadi ada penyortiran, handlingnya harus lebih manual, supaya lebih terjaga kualitasnya,” jelasnya
Wagub Emil menambahkan, dipilihnya pasar kopi 3.0 karena marketnya sangat besar, yakni Benua Eropa, dan Amerika, khususnya Amerika Serikat. Orang nomor dua di Jatim ini optimis kopi Jatim bisa memenuhi pasar tersebut, sebab kopi asal Jawa sudah dikenal oleh pasar disana.
“Tadi saya ketemu Wakil Dubes Prancis, beliau menyampaikan bahwa masyarakat disana mulai mencari speciality coffee. Kemudian Directornya USAID juga menyampaikan bahwa di San Fransisco itu, orang identik coffee itu Jawa,” lanjutnya.
Bahkan, imbuh Wagub Emil, lahirnya salah satu Bahasa Pemrograman atau Programming Language “Java” konon terinspirasi saat penciptanya sedang menikmati kopi asli Jawa. Artinya, untuk menembus pasar Eropa dan Amerika, kopi Jatim bukan memulai dari titik nol. Tapi sudah dalam posisi untuk memperkuat brand positioning dari kopi Jatim.
Dengan mengembangkan pasar kopi 3.0, Wagub Emil berharap kedai-kedai kopi di kawasan urban, dan kota-kota kecil menengah lebih bangga untuk menyuguhkan kopi asli Jatim. Kebanggaan tersebut tentu akan memperkuat pasar kopi dalam negeri (domestic market), daya saing, dan daya jual dari kopi lokal.
“Jika kita punya domestic market yang kuat dan mengapresiasi kopi dalam negeri, otomatis daya saing ekspor kopi kita juga akan meningkat. Itulah mengapa kami selenggarakan kopilaborasi ini” pungkasnya.
Hadir dalam kesempatan ini, beberapa kepala OPD di lingkup Pemprov Jatim, seperti Kepala Bakesbangpol, Biro Perekonomian, Dinas Perdagangan, kemudian, para pembudidaya kopi, LSM, perwakilan mahasiswa, dan para wartawan dari berbagai media. (rr)