Lewat Program TJPS Pola Kemitraan KMM Bank NTT, Petani di TTS Raup Untung Puluhan Juta

  • Whatsapp

SOE, beritalima.com – Program Kredit Mikro Merdeka (KMM) Bank NTT diluncurkan pada November 2020.

Tujuan dan Output Kredit Mikro Merdeka adalah memberikan tambahan modal bagi pelaku mikro yang tidak “bankable”, memutus mata rantai rentenir yang ada dalam ekosistem ekonomi masyarakat, mengubah pola pikir dan konsep penanganan pelaku usaha mikro yang tidak bankable sebagai objek yang terbiasa diberikan bantuan pemerintah menjadi subjek yang memiliki potensi untuk berwirausaha secara mandiri.

Di sisi lain output yang diharapkan dari setiap pelaku usaha yang mengakses modal dengan skim kredit Mikro Merdeka ini agar dapat meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan kapasitas usaha, serta memberikan edukasi bagi setiap masyarakat untuk mengelola keuangan melalui budaya menabung di Bank NTT.

Dukungan finansial berupa Kredit Mikro Merdeka dari Bank NTT sukses mendongkrak pendapatan petani di NTT.

Pada Sabtu (15/4/2023), Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) saat melakukan kunjungan di Desa Kiufatu, Kecamatan Kualin, kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) melakukan dialog dengan petani di daerah itu.

Dalam dialog tersebut, para petani setempat mengungkapkan kegembiraan mereka karena hasil panen jagung melimpah.

Seperti Antoneta Nesimnasi, petani yang meraup untung sebesar Rp16,5 juta pada musim panen saat ini. Awalnya, dia memperoleh kredit sebesar Rp6 juta lewat Program TJPS Pola Kemitraan Berbasis Kredit Mikro Merdeka Bank NTT.

Dari dana sebesar itu, ia manfaatkan untuk mengolah lahan seluas satu hektar yang seluruhnya ditanami jagung. Hasil panen jagung dari lahan tersebut mencapai lima ton lebih.

Hasil panen lima ton dijual kepada offtaker sebesar Rp4.500 per kilogram sehingga total hasil penjualan menjadi Rp22,5 juta. Angka itu langsung dikurangi plafon kredit sebesar Rp6 juta sehingga pendapatan bersih Antoneta Nesimnasi menjadi Rp16,5 juta.

Hal yang sama disampaikan dua petani lainnya, yakni Ferdinan Nesimnasi dan Markus Nesimnasi yang masing-masing memperoleh kredit Rp3,1 juta. Dua petani ini masing-masing mengolah lahan sebesar 0,5 hetare dengan hasil produksi 2,5 ton yang dijual sebesar Rp4.500 per kilogram menjadi Rp11.250.000.

Seperti Antoneta, pendapatan sebesar itu masih dikurangi kredit Bank NTT sehingga masing-masing memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp8.150.000.

Sedangkan Markus Nesimnasi yang menjabat ketua Kelompok Tani Saubesi, Desa Kiufatu mengatakan bersama 10 anggota kelompok sedang mengolah lahan seluas 10 hektare. “Program TJPS ini kami didampingi sampai selesai, biasanya hasil panen jagung tiap tahun hanya 2-3 ton per hektare, tetapi setelah medapat pendampingan, sekarang hasil panen antara 6-7 ton,” ujarnya.

Adapun pembelian jagung oleh offtaker dalam bentuk buku tabungan Bank NTT yang diserahkan oleh Dirut Bank NTT Alexander Riwu Kaho.

Saat Offtaker membeli jagung, diberikan dalam bentuk kuitansi, nanti dalam waktu tujuh hari, uang ditransfer ke rekening, selanjutnya Bank NTT mendebetkan pinjaman petani, sehingga yang diserahkan dalam bentuk tabungan tersebut adalah pendapat bersih petani.

Selain Gubernur Viktor Laiskodat dan Dirut Bank NTT Alexander Riwu Kaho, pada kegiatan dialog tersebut hadir pula Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT Lucky F. Koli, Kadis Pendidikan NTT Linus Lusi, Karo Administrasi Pimpinan Setda NTT Prisila Parera, serta sejumlah staf khusus gubernur.

Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho menyebutkan, keberhasilan Program TJPS Pola Kemitraan Berbasis Kredit Mikro Merdeka di Kiufatu menjadi motivasi untuk pengembangan program tersebut di desa-desa lainnya di TTS, maupun di seluruh NTT. Pola kemitraan ini melihat tiga pihak yaitu Pemprov NTT, Bank NTT dan Offtaker.

Program ini sangat bermanfaat karena memberikan kepastian kepada para petani dari sisi modal, pendampingan, hasil, hingga pembeli dan harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

“Total pembiayaan TJPS lewat Kredit Merdeka yang disalurkan ke seluruh NTT oleh Bank NTT pada musim tanam Oktober-Maret mencapai Rp26 Miliar. Semuanya clear, tidak ada yang macet,” tegas Dirut Bank NTT.

“Sedangkan manfaat tambahan yang diperoleh petani ialah mereka mulai menabung di bank serta bertransaksi secara non tunai,” tambah Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT Nixon Balukh. (*)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait