SURABAYA, Beritalima.com |
Pandemi Covid Tidak dipungkiri mengakibatkan berbagai keterpurukan sendi kehidupan manusia di seluruh dunia. Begitupun yang dialami oleh para nelayan di sepanjang pantai Kenjeran. Hal tersebut dijelaskan oleh anggota DPRD provinsi Jatim Lilik Hendarwati. Senin (13/5/2021)
Anggota fraksi partai Keadilan Bintang Nurani ini menuturkan bahwa pada pertemuan buka puasa bersama dengan para nelayan di sepanjang pantai Kenjeran, pihaknya mengaku disambati oleh nelayan-nelayan tersebut. Bahkan para nelayan sampai berurai air mata sambil mengeluhkan sulitnya kehidupan yang mereka jalani saat ini.
“Miris, prihatin, saya tidak bisa menahan air mata. Di sana itu ada 3 komunitas nelayan yang memang sekarang itu mereka sedang dalam masa yang mungkin susah ya. Pekerjaan mereka cuma nelayan, hidupnya tergantung pada pendapatan ikan laut,” terang Lilik dengan suara pilu.
Lilik mengisahkan, sebenarnya baik anak-anak maupun para istri ikut membantu menjual makanan jajanan dan air mineral di jembatan. Namun sejak pandemi Covid-19, Jembatani tersebut ditutup. Otomatis mereka tidak punya penghasilan lagi.
“Yang kedua, sekarang ini posisi daerah Kenjeran dan sekitarnya, tempat mereka turun itu banyak lumpur hitam. Kabarnya Ini lumpur Lapindo, tetapi akan menarik untuk menjadi sebuah kajian. Lumpur ini berakibat terjadinya pendangkalan. Pendangkalan ini bisa jadi karena sistem ukur, karena di situ sekarang juga sedang dibangun jembatan Surabaya,” sambung Anggota komisi C ini.
Lilik menambahkan, reklamasi bisa jadi itu disengaja, karena reklamasi untuk jembatan itu ada efek pendangkalan, sehingga jumlah ikan yang mereka hasilkan sangat sedikit.
“Mereka menyatakan jumlahnya sekarang jauh berkurang, ketika turun mereka susah payah karena kaki terbenam lumpur. Jadi kalau dipakai melangkah, kaki terasa berat. Sandaran perahu jauh ke tengah. Setelah itu, ikan hanya dikonsumsi sendiri karena tidak ada wisatawan yang datang untuk membeli ikan hasil tangkapan nelayan,” urainya.
Lilik mengatakan, pemerintah provinsi maupun daerah harus bersinergi untuk meringankan beban penderitaan mereka.
“Terutama Pemkot Surabaya, berikan perhatian untuk meringankan beban mereka. Disitu dihuni oleh 3.000 jiwa. Saya pikir mungkin infrastrukturnya yang perlu untuk segera diperbaiki. Juga dinas pertanian dan perikanan, cobalah untuk terjun kesana, mendengar suara mereka. Mereka juga warga Surabaya, berikan bantuan untuk mengubah nasib mereka. Semisal pelatihan untuk meningkatkan potensi yang ada di wilayah itu, atau modal untuk membuka usaha pengolahan hasil perikanan,” papar politisi PKS ini.
Lilik membeberkan Keluhan para nelayan terkait asuransi kematian bagi nelayan yang melaut kemudian meninggal di laut. Asuransi Jasindo yang dibayarkan per bulan sebesar Rp 175.000,- untuk klaim asuransi tersebut, masyarakat nelayan di pingpong, hingga mereka lelah dan putus asa. Disamping itu, masyarakat juga kesulitan mendapatkan bantuan PEN, maupun UMKM dari dinas koperasi.
“Mereka mengutarakan itu dengan menangis, dengan bilang begini RT RW Lurah kemudian camat itu tahu kondisi seperti ini, tapi tidak ada perbaikan. Mereka benar-benar butuh bantuan,” pungkasnya.(Yul)