Foto: Essel Yudistira (21) dan adiknya, Andre Eksnatuo (19) saat ditemui do kontrakannya, Jumat (15/08/2025)
GRESIK, beritalima.com – Di sebuah rumah kontrakan sederhana di Blok D5/15, Perumahan Grand Gresik Harmoni, Desa Kembangan, Kecamatan Kebomas, kisah pilu dialami 5 bersaudara yakni 3 masih anak-anak dan 2 sudah berusia dewasa.
Mereka hidup tanpa orang tua. Ayah mereka, Aldi Sismeti, seorang pekerja kapal, meninggal dunia dalam kecelakaan kerja pada Maret lalu.
Sang ibu, Santiwati Lahema meninggalkan rumah sekitar setengah bulan yang lalu tanpa pesan atau kabar.
Sejak itu, Essel Yudistira (21) menjadi tumpuan utama bagi adik-adiknya, Andre Eksnatuo (19), Dexta (13), Kimora (11), dan si bungsu Ceis (3).
Namun, dengan pendidikan terakhir SMP dan tanpa pekerjaan, Essel menjual perabotan rumahnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
“Untuk makan, kami jual barang-barang di rumah, dibantu saudara dan tetangga,” ucapnya, Jum’at, siang (15/08/2025) saat ditemui di kontrakannya.
Barang yang dulu mengisi rumah kini hanya tersisa kasur dan kompor. AC, kulkas, hingga dua televisi telah dijual demi bertahan hidup. “AC laku Rp400 ribu, TV dan kulkas juga sudah habis. Uangnya buat makan sehari-hari,” tambah Essel.
Masalah semakin berat ketika pemilik kontrakan datang menagih tunggakan Rp10 juta yang sebelumnya dijanjikan akan dibayar oleh Santi. Namun, melihat kondisi anak-anak, pemilik rumah membebaskan tagihan itu—dengan syarat rumah dikosongkan pada Minggu mendatang.
Kisah mereka menyentuh hati warga sekitar. Sofyan (30), Sekretaris RT setempat, mengaku awalnya mengetahui keadaan ini dari pesan di grup WhatsApp kompleks. “Ada info anak-anak ini jual galon buat makan. Warga langsung menggalang donasi. Dalam sehari terkumpul Rp10,5 juta,” ujarnya.
Kini, tiga anak yang masih di bawah umur, Dexta, Kimora, dan Ceis, telah dibawa Dinas Sosial Kabupaten Gresik ke Rumah Aman binaan KBPPPA. Sementara Essel dan Andre, yang sudah dewasa, masih mencari jalan keluar untuk melanjutkan hidup.
Di tengah ketidakpastian nasib dan kehilangan yang berlapis, kelima anak ini menjadi potret nyata rapuhnya masa depan anak-anak yang ditinggalkan tanpa perlindungan orang tua.
(Moh Khoiron)
