Lima Data BPS Aceh Bisa ini Untuk Acuan Publik

  • Whatsapp

Beritalima.com ( Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mengadakan acara Rilis Berita Resmi Statistik, yang dibuka oleh Pj. Gubernur Aceh, diwakili oleh Dr. Ir. Zulkifli, M.Si., Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Aceh. Kehadiran Zulkifli ini menegaskan komitmen pemerintah Aceh dalam mendukung data dan informasi statistik sebagai landasan penting dalam pembangunan daerah.

Acara yang diadakan pada Jumat, 1 November 2024, ini juga dihadiri oleh berbagai pejabat pemerintah, di antaranya Kepala Dinas Pangan Aceh, Surya Rayendra, dan Kepala Dinas Komunikasi dan Persandian Aceh, Marwan Jusuf.

Mereka menegaskan pentingnya sinergi dalam memanfaatkan data statistik untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berdampak langsung bagi masyarakat Aceh.

Partisipasi berbagai instansi vertikal, Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA), perbankan, dan BUMN turut memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam penggunaan data statistik. Hal ini dinilai akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran serta pelaksanaan program pembangunan daerah.

Pada kesempatan tersebut, BPS Aceh memaparkan data deflasi pada Oktober 2024. Berdasarkan pemantauan di lima kabupaten/kota, yakni Aceh Tengah, Meulaboh, Aceh Tamiang, Banda Aceh, dan Lhokseumawe, tercatat deflasi sebesar 0,08 persen secara month to month (m-to-m). Komoditas yang menyumbang deflasi ini antara lain cabai rawit, bensin, cabai merah, beras, dan ikan dencis.

Inflasi year on year (y-on-y) di Oktober 2024 tercatat sebesar 1,69 persen, disebabkan oleh kenaikan harga di sebagian besar kelompok pengeluaran. Komoditas yang berperan besar dalam inflasi ini termasuk sigaret kretek mesin, emas perhiasan, tarif PDAM, bawang goreng, dan minyak goreng.

Dari segi wilayah, deflasi m-to-m terjadi di Aceh Tengah sebesar 0,32 persen dan Lhokseumawe 0,38 persen. Di sisi lain, inflasi m-to-m tercatat di Meulaboh (0,04 persen), Aceh Tamiang (0,05 persen), dan Banda Aceh (0,09 persen). Inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Meulaboh (2,39 persen) dan terendah di Aceh Tengah (0,67 persen).

BPS Aceh juga merilis data Nilai Tukar Petani (NTP), yang pada September 2024 tercatat sebesar 121,79, turun 0,24 persen dari bulan sebelumnya. Penurunan ini mengindikasikan melemahnya daya beli petani, dengan penurunan harga terutama terjadi pada komoditas seperti gabah, kopi, dan cabai rawit.

Selain NTP, BPS Aceh merilis data ekspor-impor September 2024. Ekspor Aceh tercatat sebesar 58,25 juta USD, turun 0,35 persen dibandingkan Agustus 2024. Ekspor terbesar berupa batubara dengan tujuan utama India, diikuti Malaysia dan Amerika Serikat dengan komoditas utama kopi.

Sebagian besar ekspor Aceh dilakukan melalui pelabuhan di Aceh, yakni sebesar 46,36 juta USD atau sekitar 79,6 persen dari total ekspor. Sisanya diekspor melalui pelabuhan di provinsi lain, khususnya Sumatera Utara.

Sementara itu, impor Aceh pada September 2024 mencapai 45,53 juta USD, meningkat signifikan sebesar 96,71 persen dibandingkan Agustus. Impor didominasi oleh gas dari Amerika Serikat dan Qatar, serta petroleum bitumen dari Singapura.

Dalam perdagangan luar negeri, Aceh mencatat surplus sebesar 12,72 juta USD pada September 2024, dengan nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor. Surplus ini mencerminkan neraca perdagangan yang sehat bagi provinsi tersebut.

Di bidang pertanian, luas panen padi Aceh pada 2024 diperkirakan meningkat menjadi 301,08 ribu hektare, dengan produksi mencapai 1,64 juta ton. Sebaliknya, luas panen dan produksi jagung mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.”(*”)

beritalima.com

Pos terkait