Terkait tema kebangsaan merupakan tanggung jawab Fraksi PKS agar semangat patriotisme betul – betul tertanam dengan baik. Dan tidak hanya menempel pada saat upacara bendera dan acara seremonial lain.
“Kami tidak mau terjadi putus mata rantai patriotisme dan pengembangan pemahaman kebangsaan ini,” tandas Ketua Frakso PKS, Kamis (8/12/2016) di Ruang Rapat Fraksi, Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta.
Oleh karena itu, dalam visinya, ia menyebutkan bahwa lomba ini diselenggarakan dalam rangka mengokohkan semangat nasioalisme di kalangan generasi bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang berkarakter bermartabat, adil, dan sejahtera.
berdasarkan visi tersebut, Jazuli dalam Fraksi PKS DPR RI menetapkan lima tujuan acara, diantaranya adalah. pertama, merevitalisasi semangat kebangsaan dan nasionalisme Indonesia dalam segenap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. kedua mendorong generasi bangsa untuk menuangkan gagasan kebangsaan yang benar dan inspiratif serta relevan dengan tantangan zaman.
Ketiga, menggali dan menyebarkan inspirasi nilai – nilai kebangsaan yang tumbuh dan berkembang diĀ masyarakat. Keempat, memperkuat identitas dan karakter kebangasaan Indonesia menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi. Kelima, membangun tanggung jawab bersama khususnya dari kalangan generasi muda dalam menjaga NKRI dengan gagasan dan karya nyata.
“Dengan visi dan tujuan itu, diharapkam spirit dan gagasan yang dihimpun dari lomba ini dapat memperkuat identitas dan karakter kita sebagai bangsa. menjadikan Indonesia bermartabat dihadapan bangsa – banga dunia, serta mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia,” terangnya.
Tema yang diangkat dalam Lomba Penulisan Kebangsaan ke – 2, dikemasĀ dalam seminar Refleksi Kebangsaan 2016, dengan tema ‘Islam & Patriotisme Kebangsaan, yang menghadirkan Presiden PKS sebagai, Keynote Speaker dan dihadiri narasumber pula, yakni Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA Wakil Ketua MPR RI, Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA (Peneliti LIPI), Yudi Latif, MA.,Ph.D sebagai Pengamat Politik, dan M. Irfan Hidayatullah, M.Hum sebagai Penulis dan Pengamat.
“Dengan mengangkat tema ini, kami ingin mendorong umat Islam Indonesia sebagai rakyat mayoritas agar memainkan peran utama untuk menjaga ruh kebangsaan Indonesia yang berkarakter relijius dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, serta peran – peran memajukan NKRI dalam bingkai persatuan dan kesatuan serta menjaga kebhinnekaan,” tuturnya
Maka dari itu kata Jazuli, Islam merupakan faktor yang mengukuhkan (sentripetal) bangunan kebangsaan Indonesia, tanpa faktor Islam bangunan keindonesiaan menjadi tidak utuh. bahkan peran umat Islam tercatat dengan tinta emas dalam setiap episode sejarah sejak perjuangan merebut kemerdekaan hingga fase pembentukan negara bangsa sampai saat ini.
“Kita ingin melalui Lomba Penulisan Kebangsaan ini semangat tersebut semakin kokoh dan mengalami revitalisasi dalam segenap kehidupan dan bernegara,” pungkasnya.
Lebih lanjut disambungkan Presiden PKS, Sohibul Imam menyangkut nasionalisasi yang disampaikan Ketua Fraksi, bahwa nasionalisasi berada pada generasi muda apakah masih elementer atau jauh sebelumnya. Padahal elemen – elemen kecil justru semakin penting menjadi satu dalam menghadapi ekonomi global. Yang sekaligus Indonesia telah mengintegrasikan diri dengan ekonomi global.
“Persoalan menjadi kepentingan kita, banyak negara berani tampil untuk kepentingan negaranya. Bahwa nasionalisme penting bukan hanya Indonesia memperjuangkan bangsanya sendiri,” terang Sohibul.
Namun persoalan kedua dikatakan Presiden PKS, kalau global digerakkan kepada bangsa Indonesia dan tidak dikelola oleh semangat nasionalisme. Maka perpecahan itu dapat disatukan dengan bingkai nasionalisasi. “Jadi tidak perlu dipertanyakan lagi,” imbuhnya pada pembukaan Lomba Penulisan Kebangsaan yang akan diumumkan awal 2017 nanti.
Oleh karena itu menurut Presiden, globalisasi lebih menduniawi dan dibingkai oleh aturan global. Dan menyisakan PR – PR di dalamnya. Bahkan dalam buku Karl Marx disebutkan sub structure dan super structure dunia.
“Mereka ini yang memihak permainan globalisasi. tapi kita terus menerus jadi sub struktur dunia dan kita harus naik kelas menjadi super struktur dunia. Bagaimana kita bisa naik kelas menjadi super struktur dunia kalau urusan domestiknya aaja terjadi perpecahan. Maka dari itu, perlu semangat nasionalisme dan patriotisme kebangsaan,” imbuhnya. dedy mulyadi