JAKARTA, Berritalima.com– Badan Pusat Statistik (BPS) awal pekan ini menerbitkan katalog: 5203031 tentang Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2020. Hasil pengamatan di lapangan survei Kerangka Sampel Area (KSA) yang dilakukan pada tujuh hari terakhir setiap bulannya.
Berdasarkan hasil survei KSA, tahun lalu luas panen padi diperkirakan 10,66 juta hektar atau mengalami penurunan 20,61 ribu hektar (0,19 persen) dibandingkan 2019. Produksi padi 2020 diperkirakan 54,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
Jika dikonversikan menjadi beras, produksi 2020 sekitar 31,33 juta ton, atau meningkat 21,46 ribu ton (0,07 persen) dibandingkan produksi beras tahun sebelumnya. Sebab itu, a
nggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), drh Slamet mempertanyakan janji program Food Estate yang bisa panen di akhir 2020,
“Ada food estate kenapa luas panen padi bukan bertambah, malah berkurang? sedangkan anggaran Kementan ditambah Rp1,45 triliun khusus untuk food estate 30.160 hektar di Kalimantan Tengah yang setidaknya bisa menambah panen 154.000 ton GKG,” ungkap Slamet dalam keterangan dia kepada awak media, Selas (13/7).
Meski ada program food estate, kata Slamet, seharusnya luas lahan padi yang sudah ada bisa dipertahankan keberadaannya dengan menciptakan kebijakan kondusif yang dapat mencegah terjadinya alih fungsi lahan. “Jangan menciptakan kesemrawutan dalam mengimplementasi kebijakan,” kata dia.
Menurut wakil rakyat dari Dapil IV Provinsi Jawa Barat (Kabupaten/Kota Sukabumi-red), Pemerintah sebaiknya mengevaluasi efektifitas program Food Estate dan segera melakukan pembenahan agar kedaulatan pangan Indonesia memiliki pijakan perencanaan yang efektif untuk dikembangkan. (akhir)