Jakarta — Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), melalui Pusat Perbukuan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), meluncurkan 32 buku nonfiksi bertema perubahan iklim dalam Festival Literasi dan Iklim 2025 yang berlangsung di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta, Minggu (21/09/2025).
Peluncuran buku ini menjadi upaya Kemendikdasmen dalam memperkuat keterlibatan ekosistem perbukuan nasional dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Melalui peningkatan literasi dan penerbitan buku-buku berkualitas, diharapkan dapat mendorong keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan pendidikan dalam membangun kesadaran dan aksi nyata terhadap isu perubahan iklim.
Dilengkapi dengan 32 Modul Ajar dan 4 Perangkat Pembelajaran Interdisipliner Berbasis Projek (PPIBP), Kepala Pusat Perbukuan Kemendikdasmen, Supriyatno, menegaskan bahwa literasi memegang peran strategis dalam membentuk generasi yang sadar lingkungan. “Kemampuan literasi memungkinkan anak-anak memahami informasi, berpikir kritis, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Ini merupakan fondasi penting untuk merespons isu-isu iklim secara bijak,” ujar Supriyatno.
Supriyatno menambahkan bahwa buku-buku cerita anak bertema perubahan iklim ini dipastikan dapat terdistribusi secara merata, termasuk menjangkau sekolah-sekolah di wilayah terdepan, terluar, tertinggal (3T). ”Upaya ini dilakukan agar seluruh anak Indonesia, tanpa terkecuali, memperoleh akses setara terhadap bahan bacaan bermutu yang relevan dengan isu lingkungan, sehingga literasi iklim dapat tumbuh secara inklusif di seluruh pelosok negeri,” tambahnya.
Peluncuran ini merupakan hasil kerja sama Kemendikdasmen dengan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), sebagai kemitraan bidang pendidikan antara Pemerintah Indonesia dan Australia, serta Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) dalam proses produksi buku. Dalam hal ini Kemendikdasmen terlibat dalam lokakarya penulisan, memberi pengarahan teknis hingga penilaian akhir kualitas buku.
Para penulis buku merupakan para guru, pegiat literasi, dan aktivis lingkungan dari berbagai provinsi, sehingga isi buku mencerminkan keberagaman isu lingkungan, sosial dan geografis Indonesia. Kolaborasi ini menunjukkan peran nyata ekosistem perbukuan nasional dalam membangun keterampilan literasi dan agensi anak untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.
Buku cerita merupakan media edukasi yang efektif karena menyampaikan pesan keberlanjutan. Bahasa yang sederhana dan ilustrasi yang menarik membantu anak-anak memahami isu lingkungan secara konkret, membangun empati, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap alam sejak dini melalui aksi mitigasi iklim.
Studi INOVASI menunjukkan bahwa penyediaan buku anak yang tepat, disertai pelatihan guru, dapat meningkatkan skor literasi hingga 25%. Temuan menjadi bukti bahwa intervensi yang tepat bisa membawa perubahan nyata.
“Sebagai regulator perbukuan, Kemendikdasmen berkomitmen menghadirkan buku-buku yang relevan, berkualitas, dan kontekstual. Literasi yang ditopang bahan bacaan yang tepat akan memperkuat kapasitas generasi muda dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan,” tutup Suprayitno.
Sementara itu, Minister Counsellor Tata Kelola dan Pengembangan Manusia Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Tim Stapelton, menyampaikan bahwa perubahan iklim merupakan tantangan global yang berdampak langsung pada kehidupan anak-anak. Ia menegaskan komitmen Pemerintah Australia untuk terus mendukung penguatan literasi sebagai bekal anak-anak dalam memahami isu lingkungan dan berkontribusi menjaga bumi.
Pemerintah Australia melalui Program INOVASI mendukung produksi 32 buku anak bertema perubahan iklim yang mudah dipahami, relevan secara budaya, dan menarik bagi anak-anak Indonesia. ”Dukungan ini menjadi bagian dari kemitraan strategis Indonesia–Australia yang telah berlangsung selama lebih dari 75 tahun. Perdana Menteri Albanese dan Presiden Prabowo juga telah menegaskan komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk literasi anak, dalam pertemuan bilateral beberapa waktu lalu,” ungkap Stapelton.
Selanjutnya, Wakil Direktur Program INOVASI, Feiny Sentosa, menjelaskan bahwa Festival Literasi dan Iklim 2025 merupakan hasil kolaborasi lintas sektor antara Kemendikdasmen, INOVASI, Yayasan Heka Leka, dan PT Integrasi Transit Jakarta. Festival ini menjadi ruang interaktif untuk memperkuat literasi dan kesadaran iklim melalui peluncuran buku, diskusi publik, serta aktivitas edukatif yang inklusif.
Sejumlah tokoh penting turut menghadiri festival ini, termasuk Rano Karno Wakil Gubernur DKI Jakarta dan Hendrik Lewerissa Gubernur Maluku, bersama para pemangku kepentingan dari ekosistem perbukuan nasional. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan kuat terhadap upaya bersama dalam membangun generasi muda yang literat dan peduli lingkungan. (ulin)






