JAKARTA – beritalima.com | Dalam visi Indonesia yang disampaikan oleh Presiden Jokowi, generasi milenial memiliki peranan yang penting khususnya dengan adanya pengembangan sumber daya manusia di dalam visi tersebut. Pernyataan ini disampaikan oleh M. Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer dalam Diskusi Publik DPP KNPI dengan tema “Peranan Milenial Dalam Visi Indonesia Maju” yang diadakan di Media Center KNPI, Jakarta pada hari Kamis (18/7).
“Pak Jokowi menginginkan menteri muda saya rasa bukan sekadar basa basi, tetapi sesuatu yang sungguh-sungguh akan beliau lakukan,” ujar Qodari.
Menurutnya, menteri milenial dibutuhkan karena Presiden Jokowi menginginkan menteri yang berani, inovatif, dan meninggalkan pola-pola lama.
“Kita tentu berharap anak muda yang terpilih menjadi menteri milenial adalah sosok pemuda yang betul-betul telah melalui proses panjang, yang muncul karena mobilitas kepemimpinan dan kemampuan manajerialnya, kecerdasan serta kontribusinya. Dia sudah pernah menjadi aktivis, pejuang kehidupan, memulai dari nol hingga mencapai dirinya yang sekarang. From nothing to something, from zero to hero,” jelasnya.
M. Qodari kemudian menyebutkan beberapa nama yang memiliki potensi menjadi menteri milenial.
“Contoh anak muda, aktivis, pejuang kehidupan yang kita tahu bersama adalah Bahlil Lahadalia Ketum HIPMI. Kemudian dari KNPI ada Ketum KNPI Noer Fajriansyah, dan banyak lagi anak muda, aktivis, dari berbagai organisasi kepemudaan yang berpotensi membantu Presiden di dalam kabinetnya,” ujarnya.
Beberapa aktivis muda nasional yang dimaksud oleh M. Qodari antara lain Twedy N. Ginting, Bendahara Umum DPP KNPI dan alumni Lemhanas. Kemudian Aminuddin Ma’ruf mantan Ketum PB PMII, yang juga Sekjen Relawan Samawi. Selain itu Mamberob Rumakiek, peraih suara terbanyak DPD RI dari Papua Barat, mantan Ketum PP GMKI. Kemudian ada Arief Rosyid, mantan Ketum PB HMI dan Plt. Sekjend DMI, serta Angelo Wake Kako, anggota DPD terpilih dari dapil NTT yang juga mantan Ketum PMKRI.
“Siapa yg akan melaksanakan dan mengimplementasikan, nomor satu adalah kabinet. Sehingga Jokowi membutuhkan menteri yang sesuai dengan kriterianya, berani, punya kemampuan manajerial, eksekutor program, yaitu dari milenial. Kenapa penting menteri milenial dari kelompok aktivis? Karena mereka yang sudah berpengalaman dan dapat menjadi inspirasi bagi banyak anak muda Indonesia,” pungkasnya.
Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Luther Palimbong mengatakan bahwa Pak Jokowi memiliki visi pembangunan, khususnya di sektor perdagangan yang berorientasi kepada pemuda.
“Ada beberapa program pemerintah yang bisa diakses oleh generasi milenial. Antara lain Kredit Usaha Rakyat (KUR), bantuan perizinan, ataupun program-program UMKM lainnya. Sebagai contoh, tahun ini, ada beberapa kementerian yang melakukan MoU dimana 30 persen dari lokasi rest area harus diberikan untuk UMKM. Kemudian kami juga ada program pemberian gerobak, tenda, dan kebutuhan usaha lainnya bagi UMKM,” jelasnya.
Menurut Luther, KNPI yang memiliki jaringan se-Indonesia dapat berperan untuk menyambungkan program pemerintah dengan masyarakat terkhusus kalangan muda.
“KNPI dapat meneruskan program-program ini kepada anggota maupun masyarakat. Selain itu perlu juga dikawal program-program pemerintah daerah harus sejalan dan terintegrasi dengan program dari pemerintah pusat, agar tidak ada pertentangan kebijakan dan program antara pusat dan daerah,” pungkasnya.
Riza Damanik, Asisten Koordinator Staf Khusus Presiden mengatakan bahwa KNPI harus melahirkan tidak hanya politisi muda, tapi juga inovator dan entrepeneur muda.
“Kondisi dunia saat ini, ada demand yang sangat besar dari pasar global, dan Indonesia memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDM) yang baik untuk memasok kebutuhan tersebut. Sebagai contoh adalah gap supply dan demand ikan dalam beberapa tahun mendatang akan mencapai minus 28 juta ton, sedangkan di sisi lain akan ada peningkatan harga sebesar 25%. Indonesia berpotensi mengisi gap ini, sayangnya saat ini kita masih kalah dari Thailand dan Vietnam dalam hal ekspor hasil perikanan, ” katanya.
Riza menjelaskan bahwa generasi milenial harus mampu berinovasi dalam pengelolaan hasil perikanan, ataupun di bidang-bidang lainnya.
“Dengan pendekatan teknologi, nelayan yang selama ini menjual ikan dengan harga murah kepada tengkulak, akan dapat menjual ikannya langsung kepada konsumen di pulau bahkan negara lain. Generasi milenial seharusnya dapat berinovasi untuk membantu memotong rantai pasok ini sehingga nelayan bisa mendapatkan harga jual yang bagus dan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka,” ujarnya.