Maafkan Aku, Ibu

  • Whatsapp

Kulit mengkriput, badan yang tak lagi indah, langkah kakimu yang mulai tak seksi, rambut yang tak hitam pekat.
Itulah gambaran Ibu saat ini, mungkin kalau bisa dilihat oleh kasat mata, urat-urat ditubuhmu sudah mulai mengendur akibat usahamu mengeluarkan sang anak. Tidak cantik lagi tak apa, bukannya kalau menginginkan sesuatu yang berharga harus mengorbankan yang telah kita punya.

Ibu setiap hari membawa anaknya kemanapun ketika pergi. Bahkan saat di dalam perut, Ibu terus membawa anaknya walaupun rasanya berat sekali, seperti membawa tumpukan karung beras. Ibu tidak pernah menyesali keadaan perutnya yang semakin hari semakin membesar serasa ingin pecah perut itu.

Waktu kelahiran pun Ibu harus berjuang, bertaruhan nyawa untuk melahirkan sang buah hati ke bumi ini, yang dipikirkan olehnya hanya keselamatan sang buah hati. Tak apa kalau terjadi sesuatu yang buruk dengannya, asalkan anaknya dapat keluar dari perutnya dalam keadaan yang sehat dan dapat menikmati dunia.

Tuhan membiarkan Ibu dan anaknya hidup, suatu kuasa tuhan yang tiada tandingannya. Setelah proses kelahiraan Ibu pula yang merawat, menjaga, dan mendidik sang buah hati. Tidak ada momen yang paling indah selain melihat tumbuh kembang anak dengan asuhan dari tangannya sendiri.

Ibu merasa waktu cepat berlalu, anaknya yang dulu masih ditimang-timang dan diberi ASI sekarang sudah tumbuh menjadi anak yang dewasa. Dia berharap agar waktu tidak datang dengan cepat. Ketakutan yang Ibu rasakan bila anaknya cepat dewasa adalah tidak memiliki waktu yang banyak bersama anaknya. Sang anak pasti akan bermain bersama teman-temannya dan melupakan dia.

Ibu juga khawatir takut sifat anaknya berubah menjadi anak yang pembangkang. Ibu selalu berdoa setiap malam agar anaknya kelak menjadi anak yang soleha, rajin beribadah, dan lainnya. Tetapi kekhawatiran Ibu datang, suatu hari Ibu memberitahu anaknya untuk membantunya memebereskan pekerjaan rumah akan tetapi sang anak meneriaki dia dengan kata-kata yang kasar. Hatinya hancur seperti ada petir di siang bolong.

Ibu menangis di malam hari agar anaknya tak melihat bahwa dia menangis karena perilaku anaknya, sambil menangis dia berdoa agar anaknya tidak berprilaku seperti itu lagi. Anaknya yang dari balik pintu melihat Ibu nya menangis, sang anak langsung menghampiri Ibunya dan berkata “Maafkan aku bu, karena telah membuat hatimu sakit, dan membuat engkau menangis. Jangan menangis lagi bu karena tetesan air matamu akan menjadi dosa untukku”. Ibu langsung menghapus air matanya.

“Nak Ibu tidak pernah marah kepadamu apa lagi membencimu rasanya sulit untuk bersikap seperti itu, tapi Ibu minta sama kamu agar selalu menghormati orang tuamu ini”. Itulah harapan dan nasihat Ibu yang Aku dengar terakhir kali saat bersikap kasar kepada Ibu.

Ibu tolong hidup lebih lama lagi anakmu ingin sekali membahagiakanmu, membalas semua jasamu yang telah mengandung, merawat, menjaga, dan mendidik anakmu ini. Ibu maafkan segala kesalah yang telah anakmu perbuat dimasa lalu. Anakmu ini berjanji tidak akan menyakiti hati, dan juga jiwamu dan tidak akan membuatmu menangis akibat kekecewaan dari perilaku anakmu, kecuali menangis karena kebahagian

Profil Penulis
Nama : Meta Widianti
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *