Oleh : Paox Iben Mudhaffar
Saya termasuk yang ikut hadir dalam acara Deklarasi Ulama Madura Mendukung Jokowi bilahari. Kehadiran saya untuk mempersiapkan program Koling : kopi keliling sbg media kampanye keliling. Sebelum datang, tetmasuk yang sedikit pesimis acara itu akan sukses mengingat hanya dipersiapkan beberapa hari saja. Itupun jadwalnya sangat tentatif dan lokasinya tidak sesuai dengan rencana awal.
Ternyata diluar ekspektasi acara itu luar biasa sukses dan sangat meriah. Ribuan massa bejibun memenuhi jalanan dan gedung Rato Ebo. Sejak pukul 06.00 suasana disekitar gedung sudah sangat ramai oleh kelompok masyarakat dari berbagai daerah di Madura. Padahal acara direncanakan akan dimulai pukul 10.00.
1 Jam menjelang kedatangan Jokowi, bahkan aparat keamanan, terutama Paspampres kewalahan menahan masyarakat yang ingin masuk ke areal gedung karena hanya disediakan sekitar 5000 kursi utk undangan yang semua sudah terisi penuh. Padahal di luar areal utama juga sudah disediakan sekitar 2rb kursi yang terisi penuh lengkap dengan layar lebar untuk menyaksikan acara secara langsung.
Saat Jokowi datang menaiki kereta dengan Mbak Yenni Wahid, suasana sangat “chaos”. Aparat dan Banser kewalahan membuat berikade untuk menahan orang-orang yang ingin mendekat dan bersalaman dengan Jokowi. Bahkan jalur yang semula dipersiapkan untuk dilewati Jokowi terpaksa berubah arah akibat banyaknya masa yang saling berdesakan ini. Sesampai di dalam gedungpun perlu waktu lebih dari setengah jam untuk menertibkan tamu undangan yang saling betebut untuk betsalaman dengan Jokowi. Puuhh… Saya sampai menghela nafas karena terhimpit kesana-kemari. Semua orang berteriak “Jokowi Poleng!” sampai pekak telinga saya.
Di luar kesuksesan acara itu, ternyata ada juga pihak-pihak yang “memutar balikkan fakta” dengan mengatakan bahwa Jokowi di tolak di Madura. Seorang yang mengaku wartawan senior bernama Dhimam Abror Djuraid–yang ternyata Caleg dari PAN–bahkan membuat tulisan dengan framming yang sangat mendiskreditkan pihak penggagas acara dalam hal ini Mbak Yenny Wahid.
Orang yang afiliasi politiknya sudah sangat jelas sebagai pendukung Prabowo-Sandi itu juga melakukan blamming the victim, pemutar balikan fakta bahwa salah satu penyebab Ulama dan Masyarakat Madura menolak jokowi itu justru terkait harga diri akibat “penggratisan Jembatan Suramadu”, seolah-olah masyarakat Madura nggak kuat membayar tarif dan karenanya merasa tersinggung.
Pembebasan bea tarif jembatan Suramadu itu sendiri menurut presiden jokowi merupakan “Hak” orang madura. Sebab jembatan itu dibangun dengan dana APBN, bukan dari Investor atau hutang dll. Kalau duit negara kenapa harus bayar? Jembatan suramadu ini juga satu-satynya penghubung darat antara pulau jawa dan madura. Membebaskan biaya atau menggratiskan siapapun melintasi jembatan ini sama halnya dengan Mencabut Diskriminasi terhadap Orang Madura. Jadi, petsoalannya bukan kuat atau tidak membayar, tapi persoalan hak yang harus ditegakkan.
Saya mmg bukan orang Madura. Saya melihat harga diri orang Madura dari cara mereka mempertahankannya : Carok. Sebuah duel satu lawan satu yang fair. Dari sini bisa terlihat bagaimana cara berfikir dan bersikap orang Madura.
Disisi inilah saya percaya orang Madura itu adalah masyarakat yang memiliki rasa hargadiri tinggi. Mereka sangat tahu berterimakasih. Bukan masyarakat yang ingin menang-menangan sendiri. Mereka akan menghargai, menghormati apa yang memang selayaknya petlu dibela.
Sebulan sebelum kegiatan ini berlangsung, saya sempat berkeliling Madura dari Bangkalan hingga Sumenep dengan sepeda motor sekitar 10 hari. Saya cukup kaget selain sedikit di daerah Pamekasan, hampir semua orang membicarakan Jokowi dan mendukungnya. Kekagetan saya tentu beralasan karena di Pemilu lalu Jokowi kalah telak di Madura, dan sekarang banyak yang mendukungnya.
Apakah ini lantas membuat banyak pihak kebakaran jenggot dan terjepit, terutama para Caleg yang berda di partai oposisi? Wallahu a’lam, tapi sahabat saya seorang Lora dari Sampang Bilang : Begitulah Masyarakat Madura Mas… Seperti psikologi carok itu sendiri : Kalau mendukung ya mendukung total kalau menolak ya bakal dihabisi. Dan pemilu kali ini sebagian besar kami mendukung Jokowi.
Di luar masyarakat Madura sendiri, saya cukup kaget, video vlog presiden Jokowi ttg Koling #NgopiAjaKokRepot dalam acara itu bahkan telah dilike dan tayang lebih dari 830.000 kali hanya dalam waktu 3 jam.
Salam Syruuppuutt…