Magetan Istighosah dan Do’a Bersama Mengenang Korban Keganasan PKI

  • Whatsapp

Magetan, Untuk untuk mengenang korban keganasan/kekejaman PKI Th 1948 TNI, Polri, santri Ponpes Sabilil Muttaqien (PSM), ormas Islam dan warga yang dipimpin K.H. Muhammad Sayyid Zuhdi (Pengasuh Ponpes Cokro Kertopati Kabupaten Magetan melaksanakan istighosah dan do’a bersama bertempat di Monumen Soco Desa Soco Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan yang diikuti sekitar 350 orang. Jum’at malam(30/9/16).
Sebelum dzikir tahlil dimulai K.H. Muhammad Sayyid Zuhdi (Pengasuh Ponpes Cokro Kertopati Kabupaten Magetan menyampaikan tauziahnya bahwa kegiatan do’a dan istighosah merupakan agenda tahunan yang rutin dilakukan untuk mengirim do’a kepada para korban keganasan PKI pada Th 1948 yang dimasukkan ke dalam sumur di Desa Soco sebanyak 108 orang suhadak dan para suhadak saat ini sudah diberikan tempat yang layak oleh Alloh SWT. Selain untuk mengenang korban juga bertujuan untuk mengingatkan kepada generasi muda bahwa pada th 48 PKI melakukan pembunuhan dan pembantaian dengan kejam.
Dalam kesempatan ini Kepala Ds. Soco Bapak Suyanto mengucapkan syukur Alhamdulillah dapat menghadiri kegiatan untuk mengenang para pahlawan yang telah mati Sahid akibat keganasan/kekejaman PKI dan meminta maaf apabila dalam menyambut para kyai, suhadak, dan para jamaah sekalian, banyak kekurangannya dalam menyiapkan tempat.
Bapak Suyanto juga mengucapkan terima kasih kepada Ponpes Cokro Kertopati Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan telah membimbing kita yang khususnya kepada warga Desa Soco untuk mengenang keganasan PKI, karena itu sangat besar pengaruhnya sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak agar tidak terjerumus serta mengharapkan agar kedepannya kegiatan ini ditingkatkan kembali serta meminta dukungan kepada instansi terkait untuk memberikan bantuan agar dalam pelaksanaan do’a dan istighosah dapat istiqomah.
Pengasuh Ponpes Miftahul Nurul Huda Dusun Joso Desa Turi Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan KH. Abdul Wachid yang juga menyampaikan tausyiah mengataka bahwa orang hidup itu tidak boleh salah paham dan apabila tidak paham maka jangan menerangkan sesuatu yang belum paham.
Orang mengaji itu ada banyak syaratnya, untuk di Ponpes yaitu wajib bisa membaca, bisa mengartikan, bisa memahami, bisa menjelaskan. Sedangkan mengaji di lapangan terbuka syaratnya ada yaitu bisa datang dan mendengarkan, kata KH. Abdul Wachid
Lebih lanjut KH. Abdul Wachid menyampaikan harus mengenang para suhadak yang telah menjadi korban keganasan PKI, para suhadak tersebut rugi di dunia tapi untung di akhirat karena manusia di dunia itu ada macamnya sesuai dengan amal yang diperbuatnya yaitu manusia yang rugi di dunia tapi untung di akhirat, celaka di dunia celaka di akhirat dan untung di dunia tapi rugi di akhirat.(tasir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *